Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membawa Lurik Naik Kelas

24 September 2022   03:00 Diperbarui: 24 September 2022   03:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lurik (sumber:bukalapak.com)


Apakah kain lurik itu? Di Indonesia biasanya hanya dikenakan oleh perempuan kelas bawah, atau dikenakan dikalangan rakyat jelata, bukan suatu adi busana yang berkelas.

Tapi tunggu dulu, justru Lurik kini naik kelas ke jenjang internasional. Kenapa bisa?

Koteka Talk hari Sabtu 17  September 2022 membahas hal ini. Pelakunya berbicara melalui laman Zoom dari Jerman, Lina Berlina. Tema yang diusung "Mengenalkan Lurik di Berlin Jerman". Acara dipandu dengan apik oleh Tita Devita dari komunitas Warga Kota Purwakarta.

Lina Berlina, perempuan kelahiran Bandung tahun 1959 ini. Yang sebagian namanya diambil dari nama dokter yang membantu proses kelahiran, saat ibunya melahirkan bayi cantik ini.

Lina yang menamatkan pendidikan sekretaris, sempat melanglang buana di dunia kesekretariatan, salah satunya menjadi sekretaris budayawan besar Nyoman Nuarta ini, sama sekali tidak terlintas dipikirannya akan tinggal di Berlin, Jerman.

Lina Berlina saat ini menjadi perancang Lurik di Berlin. Lurik dipilihnya, karena memiliki filosofi yang unik.Kenapa unik? Karena alat tenun Lurik sudah dikenal sejak zaman purba, sudah dikenal saat era Borobudur, terbukti ada ukiran alat tenun Lurik pada relief di Candi Borobudur.

Bahkan Lina mengisahkan Lurik digunakan oleh seorang kesatria untuk meminang  seorang putri raja. Alat tenun lurik menjadi salah satu seserahan, yang memungkinkan praduga bahwa Lurik juga dikenakan para bangsawan pada era tersebut.

Lina yang memiliki bakat melukis dari ibunya, dan sempat mengambil pendidikan desain di Bandung pada 1988, akhirnya kembali terjun ke dunia fashion. Karena dunia ini merupakan passion yang digemarinya.

Karena bekerja dengan hati, Lina berhasil menghasilkan karya lurik yang disukai warga Jerman dan berhasil digaetnya menjadi pelanggan. Dan luar biasanya, justru orang Jerman yang menghargai karya lurik nya. Lina menggunakan  merek LB. ironisnya, justru masyarakat Indonesia kurang berminat terhadap karyanya dan lebih memilih produk bermerek karya disainer manca negara. Meski dari segi harga sama, namun masyarakat Indonesia lebih memilih produk dari merek-merek internasional.

Produk Lina meliputi rok, celana, rompi, jas, jacket, ikat pinggang, tas, topi dan masih banyak lagi. Luar biasanya produk ini dibuat di Garut dan Bandung dengan para pekerja dari tatar Sunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun