Apakah yang kita bayangkan bila mendengar kata jamu? Kebanyakan orang mengatakan pahit, sehingga jamu banyak dihindari. Apalagi bila mendengar jamu sambiloto, pasti terbayang rasa pahitnya. Paling orang hanya suka beras kencur, yang memiliki rasa agak manis
Terinspirasi untuk mengenalkan Jamu kepada generasi muda, pendiri Acaraki menyasar pasar anak muda. Maka, ide kreatif bergulir. Pembuatan jamu tidak hanya ditumbuk dan direbus, seperti yang dijual oleh penjual jamu gendong, melainkan diracik seperti menyiapkan segelas kopi.Â
Melalui proses blending dengan mesin blend, ditekan (press) seperti membuat espresso, lalu dicampur dengan air panas, soda bahkan susu kental manis. Proses pembuatannya juga menggunakan pengaduk elektronik, sehingga mirip cara seorang barista menyiapkan secangkir kopi. Tapi namanya adalah Acaraki  penyeduh atau peracik jamu di jaman Majapahit kuno. Hebatnya lagi ampas dari proses pembuatan jamu ini masih dapat diolah menjadi sabun.
Banyak generasi millineal yang beranggapan jamu sebagai minuman kuno, namun Acaraki mengemasnya dengan suasana kekinian. Bahkan sekarang sudah memiliki dua gerai di kawasan Kota Tua dan Kemang. Tetapi kabarnya yang di Kemang akan pindah ke Pluit.
Saat Koteka Trip, peserta menyaksikan Acaraki meracik jamu secara kekinian, yang disebut "Golden Sparkling" yang terbuat dari bahan kunyit dan "Saranti", yang terbuat dari beras, kencur dan susu kental manis. Peserta langsung mencicipi dan semuanya suka.
Bahkan Acaraki telah mengemas Golden Sparkling dalam kemasan kaleng, seperti paket 3 kaleng Golden Sparkling yang dijadikan door prize.
Harga jamu di Acaraki berkisar 25-35 ribu Rupiah per gelas. Namanyapun sudah dibuat kekinian, seperti Jkt 1681 yang terinspirasi jamu kegearan Presiden RI Joko Widodo yang terdiri dari jahe, kunyit dan temulawak. Angka 1681 adalah nomor induk Joko Widodo ketika kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Nama-nama jamu yang lain adalah Golden Yoghurt, Dutch Jamu, Berkesan, Vanilla Twilight, Jaman Batu, Regalize, Bareskrim dan The Challenger.
Setelah peserta Koteka Trip mencicipi jamu kekinian yang tidak terasa pahit. Brrsediakah rnencoba mencicipi jamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H