Bila Anda salah penggemar sepak bola, khususnya sepak bola Eropa, pasti mengenal Spanyol, Inggris , Belanda, Jerman, Portugal, Perancis dan Italia sebagai negara-negara kampiun sepak bola.
Beruntunglah, Koteka, komunitas traveler Kompasiana, sore ini berhasil mengundang Dyah Ayoe Rachmayani Narang atau Dyah Narang Huth namanya setelah dipersunting pria Jerman.
Dengan dipandu oleh Gaganawati Stegmann sebagai moderator, Dyah yang berprofesi sebagai guru bahasa Jerman mengisahkan hidupnya nomaden di 3 negara tiap tahun: Bali (Indonesia), Hamburg (Jerman) dan Malaga (Spanyol).
Sebelum memutuskan hidup berpindah-pindah, Dyah pernah menetap selama 7 tahun di Madrid, Barcelona dan Granada. Namun hatinya tertambat pada Malaga yang cuacanya dinilai sangat cocok bagi pensiunan.
Dyah juga pendiri organisasi bahasa dan budaya, bernama IKAT.
Menurut kisah Dyah, di Malaga terdapat pasar ikan yang cantik di tengah kota, nikmatilah makan pagi churros.
Malaga adalah kota tua di daerah Andalusia, Spanyol. Untuk mengeksplorenya cukup satu hari karena kota dapat dikelilingi dengan jalan kaki. Kota ini sangat akrab dengan alam. Terdapat plaza tempat diselenggarakannya pesta (fiesta) dan festival dengan harga makanan dan minuman terjangkau, bahkan Dyah membandingkan dengan harga di Jimbaran, Bali lebih mahal. Warga Spanyol senang makan di luar, justru jarang makan di rumah.
Makanan khas Spanyol tidak terlalu banyak bumbu sehingga lebih sehat. Di Malaga terdapat katedral cantik dengan bunga yang cantik. Tempat kelahiran pelukis terkenal, Pablo Picasso sehingga terdapat museum Picasso..
Warga Spanyol dari muda hingga tua senang menari dan bernyanyi, Malaga juga kelahiran bintang film terkenal Antonio Banderas. Tarian tradisional khas Andalusia adalah flamenco yang sangat energik.