Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Harus Diperoleh Solusi Guna Mewujudkan Swa Sembada Kedelai

25 Februari 2022   06:30 Diperbarui: 25 Februari 2022   06:34 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahu tempe (sumber: suara.con)

BMuncul meme lucu di dunia maya "Kemarin mau goreng tahu tempe, minyak goreng tidak ada, sekarang minyak gorengnya sudah ada, kini giliran  tahu  tempe yang menghilang dari pasaran". Hal ini gara-gara operasi pasar yang dilakukan Pemerintah setelah Minyak Goreng langka di pasaran, hingga harga naik membumbung tinggi. Setelah dilakukan operasi pasar, minyak goreng berhasil distabilkan harganya, kini giliran tahu tempe yang langka di pasaran. Kalaupun ada, harganya naik tinggi, gara-gara pengrajin tahu tempe mogok kerja, karena harga kedelai yang ternyata masih impor naik tinggi. Tahu tempe yang dikatakan makanan rakyat kini jadi makanan mewah karena harganya mahal.

Beberapa pengrajin tahu tempe menyatakan tidak akan mogok kerja, mereka akan menerapkan hukum pasar, bila harga kedelai naik, maka harga tahu tempe otomatis naik juga.Sedangkan yang mogok kerja beralasan takut bila sudah membeli kedelai dengan harga mahal, Pemerintah mengadakan operasi pasar, sehingga mereka akan merugi karena memiliki persediaan harga kedelai yang mahal.

Yang jadi pertanyaan, mengapa kedelai harus impor? Padahal semua orang mengetahui, bahwa tahu tempe adalah makanan rakyat, yang tadinya murah dan sehat.

Pengrajin tahu tempe yang tidak mau menaikkan harga, terpaksa mengecilkan ukuran tahu tempe yang diproduksinya. Akibatnya pembeli banyak yang mengeluh ukuran tahu tempe sekarang setipis kartu ATM.

Mengacu bahwa kedelai adalah bahan baku utama pembuatan tahu tempe yang makanan rakyat, seharusnya Pemerintah menerapkan kebijakan swa sembada kedelai.

Mengapa harus impor? Hal ini sangat berbahaya, karena akan mengganggu perekonomian negara. Mengapa harus impor kedelai? Apakah ada unsur kesengajaan? Kementerian Perdagangan dan Pertanian sebaiknya menyelidiki apakah menanam kedelai susah dan merugikan petani. Bila Indonesia dapat melakukan swa sembada kedelai, mestinya tidak perlu impor lagi.

Hal-hal yang menjadi kepentingan rakyat harus  dikelola dengan baik oleh Pemerintah. Bila Pemerintah dapat melakukan swa sembada beras, seharusnya juga bisa melakukan swa sembada kedelai.

Mulai sekarang harus dilakukan penelitian agar dapat terwujud swa sembada kedelai yang kemudian dikelola oleh Bulog seperti halnya beras.

Beberapa alasan yang mengemuka sekarang, petani enggan menanam kedelai karena tiga sebab, yakni:
1. Lahan terbatas, petani lebih senang menanam padiI dan jagung yang lebih menguntungkan. Pemerintah harus dapat menyediakan tanah negara untuk mewujudkan kuantitas hasil panen kedelai agar harga kedelai lokal dapat sama dengan harga kedelai impor.
2. Harga jual kedelai lokal lebih tinggi dari harga kedelai impor. Hal ini harus diambil kebijakan oleh Pemerintah, dengan menanggung selisih harga kedelai agar hasil panen kedelai  petani tetap dapat melawan harga impor.
3. Kualitas benih kedelai. Pemerintah melalui lembaga penelitian harus dapat menghasilkan varian benih kedelai yang bermutu.

Bila sudah terwujud swa sembada kedelai, tentu tidak akan terjadi kenaikan harga tahu tempe yang merupakan makanan rakyat kecil.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun