Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Budaya Turki "Askida Ekmek"

27 Januari 2022   12:45 Diperbarui: 27 Januari 2022   12:58 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Askida Ekmek (sumber: antalya,diyanet.gov.tr)

Roti adalah makanan pokok bagi segenap warga Turki. Pada penjual roti di pasar sering kita melihat terdapat keranjang berisi roti yang diletakkan secara mencolok di atas roti yang didagangkan atau roti yang sudah dikemas dengan kantong plastik dan digantung di bagian atas display dagangan roti. Tahukah Anda terdqpat budaya "Askida Ekmek" yang arti harafiahnya setiap orang yang merasa berlebih boleh membelikan roti untuk dibagikan kepada warga miskin.

Jadi tata caranya demikian. misal kita membeli dua roti, lalu kita membayar harga empat roti. Dan penjual roti dengan gembira dan jujur akan menyisihkan dua roti di keranjang khusus atau dimasukkan ke kantong plastik kemudian digntung divagian atas dagangannya. Sedangkan dua roti tetap diserahkan kepada kita selaku pembeli. 

Jadi pembeli roti tidak akan tahu roti itu akan diberikan kepada siapa, yang pasti diberikan kepada warga miakin yang membutuhkan roti sexara gratis. Dan penjual roti tidak akan menjual roti itu meski sang dermawan sudah pergi.

Saat ada warga niskin datang menanyakan adakah roti gratis, maka dengan gembira penjual roti akan mengambilkan dari keranjang atau menyerahkan roti dalam kemasan plastik. Uniknya warga miskin tidak berebut atau mengambil sebanyak mungkin, tetapi mengambil sebanyak yang dibutuhkan saja, agar roti dapat diberikan kepada warga miskin lainnya.

Tradisi ini baik, tetapi hingga hari ini belum ada toko roti di Indonesia yang menerapkan budaya sosial ini. Bahkan tradisi ini malah diadopsi oleh sebuah gerai kopi di Jakarta. Uniknya gerai kopi ini dilayani oleh kaum tuna wicara hingga harus menggunakan bahasa isyarat bila ingin memesan kopi.

Di gerai kopi ini, tradisi Turki coba diadopsi dengan disesuaikan. Karena kopi harus disajikan panas atau dingin, maka kelebihan bayar kita ditandai dengan token. Jadi, bila terdapat tiga token artinya tersedia tiga kopi gratis. Jadi bila kita memesan secangkir kopi dan ingin memberi kopi gratis, maka kita membayar harga dua kopi. Dan kasir akan menyerahkan secangkir kopi dan satu token, yang harus kita tempel di papan khusus kopi gratis.  Dan warga miskin dapat meminta kopi secara gratis dengan menyerahkan token kepada kasir.

Semoga tradisi berbagi jepada warga miskin dapat diadopsi oleh pebgusaha kuliner lain,  baik makanan dan ninuman lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun