Dulu saya sering disebut film maniac, guna menghindari kemacetan dari kantor ke rumah, hampir sepanjang pekan saya habiskan untuk menonton film. Justru akhir pekan dimana orang-orang berakhir pekan dengan mengunjungi tempat hiburan, sebaliknya saya justru beristirahat di rumah.
Nah, masa pandemi datang, kebiasaan nonton juga hilang karena bioskop ditutup. Nonton film di televisi, notebook atau gawai, saya kurang berminat karena suaranya tidak seasyik bila nonton di studio atau gedung bioskop.
Eh, tanpa diduga, saat ultah komunitas KOMIK, saya mendapat voucher gratis nonton via Genflix selama satu bulan. Daripada mubazir saya coba mengunduh aplikasi dan memasukkan kode voucher. Maka sederttan film terpampang untuk dipilih, saya tertarik pada sebuah film drama komefi Inggris besutan tahun 2014, judulnya "One Night in Istanbul".
Film ini disutradarai oleh James Marquand dan diproduksi / ditulis oleh Nicky Allt. Sederetan artis Inggris membintanginya seperti  Steven Waddington, Paul Barber, Lucien Laviscount, Samantha Womack, dan Ingvar Eggert Sigursson.
Kisah film ini di latar belakangi peristiwa olahraga akbar di Eropa yakni perebutan piala Eropa. Adalah dua sopir taksi Inggris, Tommy dan Gerry, dua orang duda yang memiliki satu anak. Keduanya sudah lama ingin membahagiakan anaknya dengan mengajak bepergian namun tak kunjung terwujud. Hingga suatu hari tibalah hari keberuntungan bagi mereka berdua. Keduanya ditunjuk oleh mafia Inggris untuk mengambil uang di Istanbul dengan membawa cincin berlogo Nazi sebagai sandi. Karena saat itu bertepatan dengan laga Liverpool, kesebelasan sepakbola favorit kedua anak mereka, maka mereka mengajaknya meski satu anak harus masuk ke bagasi karena mereka hanya mendapatkan tiga tiket ke Istanbul.
Mendarat di Istanbul ditandai dengan latar belakang masjid biru yang fenomenal mereka segera menuju hotel yang telah di pesankan oleh mafia Inggris guna mengambil uang hasil kejahatan. Rupanya hotel yang ditentukan adalah sebuah hotel kelas murah dengan dua tempat tidur. Setibanya di kamar hotel, anak yang diselundupkan di dalam koper keluar dan langsung mengajak jalan-jalan bersama para fans Liverpool yang sudah memenuhi jalanan di Istanbbul dengan atribut khas 'The Red".
Sebelum berangkat meninggalkan hotel salah seorang anak yang jahil membuka plafon dan menemukan sebuah tas berisi uang, mereka sangat gembira dan segera mengambil semua uang yang ada di dalam tas. Gerry yang memakai celana yang diakuinya selalu membawa keberuntungan bagi Liverpool justru dibully oleh Tommy dan anak-anak mereka, kemudian secara paksa melepaskan celana itu dan memasukkan kedalam tas bekas uang. Nantinya diakhir film, celana itu memang benar-benar bertuah saat dipakai Gerry sehingga Liverpool berhasil memenangi adu penalti di laga final piala Eropa.
Saat akan meninggalkan hotel, Tommy sempat bertemu dengan seorang wanita cantik dan sexy, seorang layanan kamar di hotel itu yang sempat mengajak kencan besok jam 14.00.
Berempat mereka menuju ke Taksim Square untuk menemui anggota mafia di Istanbul. Dengan menunjukkan cincin berlogo Nazi, lalu mereka diberi petunjuk untuk membawa tas berisi uang di kamarnya saat kembali ke Inggris dan diberikan tiket pulang. Kemudian mereka larut berpawai dan berpesta dengan fans Liverpool lainnya keliling kota sambil menikmati bir Turki yang nikmat.