Hari Sabtu di masa pandemi ini banyak sekali acara webinar, salah satu yang konsisten adalah Koteka Talk, yang diselenggarakan oleh Koteka, komunitas traveler Kompasiana. Kali ini Koteka berkolaborasi dengan komunitas Click (Commuter Community of Kompasiana) dan menggaet Muthiah Alhasany, ketua Click sebagai nara sumbernya. Selain mengulik tentang kisah sukses Click, juga akan bercerita tentang Turki.
 Jadi Koteka Talk 56 mengusung tema "Komunitas Click dan Sekilas Perkeretaapian Turki",  sebagai moderator Muslifa Aseani, ketua Koteka.
Jalan-jalan ke Turki
Modernisasi Turki sangat dipengaruhi oleh Jerman, kereta api sudah lebih dulu ada dibanding Indonesia. Namun, kini Indonesia sudah lebih maju, sudah memiliki MRT dan LRT, dan sebentar lagi kereta api cepat,  juga  commuter line yang sudah bersih dan rapi sejak  dibenahi oleh Jonan.
Kereta paling tua di Turki ada di tunnel bawah tanah dari Taksim Square. Untuk naik trem ini Anda harus menukarkan uang tunai dengan koin yang disebut gestun. Setelah Anda memasukkan gestun, Anda dapat memasuki peron dan menaiki trem. Trem ini mulai dibangun tahun 1850 saat kerajaan Ottoman berkuasa dan mulai dioperasikan tahun 1875. Trem kuno ini hanya mempunyai satu gerbong sehingga penumpang selalu berebut, saat naik dari Taksim Square, untuk pergi ke destinasi wisata. Bila ingin naik trem ini sebaiknya pagi atau siang hari, jangan sore hari karena sangat ramai. Di Turki sesuatu yang kuno tetap dipertahankan sebagai daya tarik wisata.
Selain trem kuno ini ada juga trem dengan empat gerbong yang juga berangkat dari Taksim Square.
Juga ada kereta dari bandara ke pusat kota yang disebut Metro yang bersih, dan disiplin.
Bila hanya ingin mengenal Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel diperkirakan satu hari cukup. Hanya ada 5 destinasi wajib yakni Hagia Sophia, masjid biru, medusa, museum dan jalan Istiklal.