Berdasar informasi harian yang dipeoleh dari situs Peduli Covid, jumlah kasus terpapar Covid-19 yang memuncak paska libur Lebaran, hingga nama Indonesia menduduki posisi teratas dalam korban harian terpapar Covid-19. Kegaduhan terjadi dimana-mana, rumah sakit penuh, bahkan selasarnya juga sudah dipenuhi pasien, sehingga terpaksa dipasang tenda di halaman rumah sakit, jumlah mobil ambulance untuk menjemput orang sakit kekurangan, tenaga nakes kecapaian, obat langka hingga harga meroket, pasokan oksigen menipis, korban meninggal dunia tidak terangkut mobil jenasah, jenasah yang harus dimakamkan dan dikremasi antre. Korban terbesar tercatat di Kudus, Jawa Tengah, namun rekor kasus harian nasional  tetap dipegang oleh provinsi DKI Jakarta. Padahal musim masuk kembali ke sekolah sudah tiba dan Kemendiknas sudah mencanangkan untuk memulai pembelajaran tatap muka (PTM). Karena  korban terpapar virus Covid-19 meledak, maka terpaksa pemberlakuan PTM ditunda, bahkan Pemerintah memberlakukan PPKM Darurat mulai akhir Juli 2021 hingga menjelang Hari Raya Idul Adha.
Pemotongan hewan kurban dan sholat Idul Adha dilakukan terbatas. Pembagian hewan kurban dibagikan langsung ke rumah-rumah warga yang berhak menerimanya guna mencegah kerumunan warga. Dengan diberlakukannya PPKM Darurat yang kembali menutup mall, rumah makan dilarang menerima pelanggan makan ditempat (dine in) dan hanya boleh menerima pesanan take away dan pesan antar saja. Rumah makan dan toko harus tutup jam 19.00 dengan patroli ketat dari pihak kepolisian, satpol PP dibantu TNI sehingga suasana makin mencekam. Namun syukurlah, kini korban terpapar Covid-19 secara nasional  mulai melandai. Korban di provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah mulai menurun dan posisi tertinggi kini dipegang Jawa Barat. Bahkan ada kecenderungan korban di luar Jawa mulai mengalami peningkatan.
Karena korban terpapar covid-19 sudah melandai, hal ini ditandai dengan mulai kosongnya kamar-kamar di rumah sakit dan penggalakan vaksinasi. Akibatnya, PPKM Darurat sudah digantikan oleh PPKM level 4 bahkan 3. Maka gerakan untuk memulai PTM guna menggantikan PJJ sudah diumumkan lagi, bahkan anak-anak sekolah sudah harus mulai membeli seragam sekolah.
Gerakan memulai PTM memang mengandung risiko, khususbya mengenai penerapan disiplin prokes, karena sifat alami anak sekolah yang gemar berkerumun. Belum lagi disiplin untuk selalu memakai masker dan menjaga jarak. Masih ada sifat negatif dari PTM selama disiplin tidak diterapkan dengan ketat oleh pihak sekolah dan anak didik. Namun  sifat positif dari PTM adalah terjalinnya komunikasi sosial bagi anak didik yang merupakan mahluk sosial. Melalui PJJ memang masih bisa berkomunikasi namun sangat terbatas dan menyulitkan bagi sekolah-sekolah yang jauh dari ibukota provinsi karena snyal internet yang lambat dan tidak stabil.
Agar PTM dapat terlaksana dengan baik dan aman, maka pihak sekolah wajib menyiapkan:
1. Â Sarana dan prasarana prokes
Penyemprotan desinfektans di ruang kelas dan halaman sekolah sebelum PTM dilakukan dan saat selesai. Menyediakan wastafel dan atau sentra penempatan hand sanitizer untuk fasilitas cuci tangan. Alat pengukur suhu dan menata ruang kelas yang memenuhi syarat jaga jarak. Mmiliki persediaan masker bila ada anak didik yang lupa memakai masker atau lepas di jalan.
2. Membuat jadwal PTM
Karena tempat duduk anak didik harus berjarak, maka perlu dibuat jadwal PTM, agar  tidak terjadi penumpukan di kelas.
3. Pembentukan satgas covid