Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mengenal Kereta Api Cepat "Maglev"

23 Juli 2021   07:23 Diperbarui: 23 Juli 2021   07:29 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maglev (sumber: globaltimes.cn)

Teknologi di bidang transportasi terus berkembang. Bila Jepang pernah dan sekarang masih bangga dengan Shinkansen yang memiliki kecepatan 320 km/ jam, maka kereta api cepat Jakarta-Bandung yang sedang dibangun dan direncanakan mulai beroperasi tahun 2022 memiliki kecepatan 350 km/jam. Maka kini Tiongkok baru saja meluncurkan kereta api "Maglev" dengan kecepatan 600km/jam.

Maglev adalah singkatan dari Magnetic Elevation, dimana prinsip kerja kereta api ini bergerak melayang akibat adanya medan elektromagnet. Seperti kita ketahui bersama saat mengikuti pelajaran ilmu fisika, dua kutub magnet dengan kutub utara dan selatan bila didekatkan akan timbul daya saling tarik menarik. Dan sebaliknya, akan saling tolak menolak. Dengan prinsip inilah motor listrik yang dioperasikan pada kereta api Maglev ini mampu memiliki kecepatan setinggi itu.

Selain faktor kecepatan, faktor kenyamanan bagi penumpang juga diperhatikan dengan menerapkan suspensi berdasar magnet juga bernama Electromagnetic Suspension (EMS).

Juga diimplementasikan jenis suspensi lain yang disebut EDS (Electrodynamix Suspension) yang memanfaatkan bahan super konduktor yang akan berinteraksi dengan magnet yang dipasang pada sisi samping kereta api.

Guna membuat kereta api melayang dengan cepat, ditambahkan magnet pada sisi samping kereta api guna membangkitkan daya dorong dan daya tolak pada magnet yang berada di bagian bawah kereta api. Paduan magnet ini yang membuat kereta api melayang 10 cm diatas bantalan.

Diduga Tiongkok memanfaatkan magnet permanen yang sangat kuat yang terdapat pada kandungan tanah di wilayahnya. Para ahli fisika menyebutnya dengan istilah Rare Earth Magnet.

Jika suatu negara tidak memiliki tanah yang memiliki magnet permanen yang sangat kuat, tentu akan sulit menerapkan teknologi dalam pembuatan Maglev ini. Atau bila harus diproduksi akan menimbulkan biaya tinggi.

Dengan makin majunya teknologi transportasi darat yang cepat dan murah tentu akan menjadi pesaing utama bagi transportasi udara.

Semoga pandemi segera berlalu, sehingga kita dapat mencoba kerta api cepat Jakarta Bandung, di Indonesia, maupun kereta api Maglev di Tiongkok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun