Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Semangat Keberagaman dalam Serantang Opor Ketupat

13 Mei 2021   09:29 Diperbarui: 13 Mei 2021   09:37 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak saya di Jawa Tengah, maupun saat bertugas di Cirebon Jawa Barat, maupun saat kini tinggal di Tangerang Selatan. Kebetulan tiap perayaan hari raya Lebaran senantiasa ketemu dengan ketupat Lebaran. Menu pasangannya juga tidak jauh berbeda yaitu opor ayam, rendang dan sambal goreng hati. Keluarga kami tidak pernah memasak sendiri, karena kami tidak merayakan Lebaran, namun hampir tiap Lebaran kami selalu mendapat kiriman dari tetangga rumah dalam bentuk satu rantang yang diberikan pada sore hari saat takbiran (karena tetangga umumnya selesai memasaknya) atau paling lambat pagi hari zetelah mereka selesai melaksanakan sholat Ied.

Ketupat sebenzrnya mirip dengan lontong, hanya medianya saja berbeda. Bila lontong berbentuk bulat panjang yang terbungkus daun pisang maka ketupat berbentuk empat persegi dibungkus janur. Terbuat dari bahan beras yang ditanak atau dikukus. Ketupat lebih jarang ditemui pada hari biasa karena pembuatannya lebih rumit. Sedangkan pemmbuatan lontong lebih praktis.

Opor ayam adalah ayam dan telur sebagai lauk yang dimasak dengan kuah santan dan diberi sedikit kunyit sehingga berwarna kuning

Lauk lainnya adalah daging sapi yang dimasak rendang. Lalu masih ditambah sambal goreng hati untuk menambahkan rasa pedas, kadang pada sambal goreng ini ada yang menambahkan potongan buah jipang dan kerecek. Kadang-kadang ada yang melengkapi dengan kerupuk udang.

Kuliner ini tampaknya biasa saja, pada hari-hari diluar Lebaran juga banyak rumah makan yang menjualnya. Namun semangat keberagaman dan toleransi dimana tetangga yang beragama Islam khusus berbagi kepada tetangganya yang non Islam sungguh kami rasakan sebagai ciri bangsa Indonesia yang saling menghormati dan menghargai perbedaan. Sebaliknya, pada saat keluarga kami merayakan Natal, kami juga selalu membagikan kue kering atau kue lapis legit yang sering disantap pada perayaan Natal.

Suasana keberagaman yang selalu kami ciptakan dalam bertetangga baik pada era 1970-an, 2000-an maupun hingga pada era pandemi ini sungguh sangat mencerminkan keberagaman yang menyatu. Kami hidup rukun bertetangga dengan saling menghormati hari raya masing-masing agama kepercayaan kami, saling memberikan ucapan selamat, dan dalam keseharian kami juga selalu bersama, misal berolahraga jalan kaki bersama atau naik sepeda bersama.

Semoga semangat kebersamaan dalam serantang ketupat Lebaran ini masih dapat terus kita pertahankan hingga anak cucu kita nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun