Selain Tahun Baru Imlek dan Festival Kue Bulan, ajang reuni keluarga pada masyarakat Tionghoa juga dilakukan saat perayaan Ceng Beng. Ceng Beng bukan perayaan agama, jadi orang Tionghoa dengan agama apapun boleh merayakan Ceng Beng, karena hakekatnya lebih pada menghormati leluhur, jadi merupakan adat istiadat orang Tionghoa.
Perayaan Ceng Beng (hokkian) atau Qing Ming (mandarin) adalah adat istiadat melakukan ziarah kubur tahunan bagi etnis Tionghoa. Perayaan Ceng Beng dilakukan tiap tanggal 5 April atau boleh dilakukan beberapa hari sebelumnya, bila waktu tidak memungkinkan. Tujuan perayaan Ceng Beng sama halnya yang dilakukan oleh warga lain yakni datang mengunjungi kuburan atau makam orang tua dan leluhur, untuk membersihkan kuburan dan mendoakan orang tua atau leluhur yang sudah meninggal dunia.
Menurut tradisi lama kaum muda melakukan ziarah kubur dengan membawa buah-buahan, kue-kue, makanan, serta karangan bunga. Lalu adapula yang meletakkan kertas perak atau kuning setelah makam selesai dibersihkan.
Asal Muasal Ceng Beng
Menurut kisah turun temurun, asal muasal ziarah kubur bermula dari era dinasti Ming saat kaisar Zhu Yuan Zhang memerintah (1368-1644 M). Kaisar ini dikenal berasal dari keluarga miskin.
Setelah dewasa, Zhu Yuan Zhang bergabung dengan kelompok  pemberontak yang dikenal dengan nama Sorban Merah, kelompok pemberontak ini bermusuhan dengan dinasti Yuan (Mongol). Karena keahliannya berperang, Yuan Zhang berhasil mencapai posisi tinggi pada kelompok Sorban Merah dan berhasil menundukkan dinasti Yuan (1271-1368 M) dan akhirnya didaulat menjadi kaisar. Zhu Yuan Zhang suatu hari kembali ke desa untuk mengunjungi orangtuanya. Setibanya di desa diperoleh kabar bahwa orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui dimana makamnya.
Sebagai seorang anak yang berbakti pada orang tuanya, kaisar Yuan Zhang memerintahkan pada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah kubur sekaligus membersihkan makam leluhur pada hari yang ditentukan. Diperintahkan pula untuk meletakkan kertas kuning di atas makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Rakyatpun melakukan titah kaisarnya, setelah itu kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa. Saat kaisar menemukan makam yang belum dibersihkan dan tidak ada tanda, kaisar yang menziarahinya dan berasumsi makam yang tidak dibersihkan itu adalah makam orang tuanya.
Kejadian ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
Tujuan lain Ceng Beng
Selain untuk ziarah kubur dan membersihkan makam, tujuan Ceng Beng adalah untuk mengakrabkan anak-anak, kerabat agar berkumpul bersama dan hubungan dalam keluarga terjalin erat.
Jadi salah besar bila ada yang mengatakan ziarah kubur adalah menyembah berhala. Tujuan utamanya adalah menghormati orang tua dan leluhur. Cara berdoa boleh disesuaikan dengan agama yang dianut saat ini.