Menurut pendapar kebanyakan orang, mertua lebih mudah menerima menantu pria ketimbang menerima menantu wanita. Khususnya menantu wanita dan mertua wanita sudah menjadi suatu stereotip bagikan anjing dan kucing. Mungkin hal ini disebabkan keduanya mengandalkan perasaan.
Beda halnya dengan menantu pria, baik dengan mertua pria maupun wanita hampir tidak pernah bermasalah. Masalah justru terjadi pada saat menjelang proses lamaran. Pada umumnya calon mertua pria dan wanita sangat hati-hati dan protektif sebelum melepas atau memberikan lampu hijau puterinya boleh dipersunting. Mereka sangat teliti mengamati sikap dan latar belakang calon menantunya, karena mereka tidak ingin puterinya akan hidup lebih buruk bila ketemu pasangan yang salah.
Pada umumnya mereka memeriksa latar belakang pekerjaan, apakah sudah cukup mapan guna menghidupi isteri dan anaknya nanti. Latar belakang keluarga juga menjadi salah satu faktor penilaian. Pria yang berasal dari keluarga yang utuh, artinya orang tuanya tidak pernah bercerai atau poligami menjadi salah satu penilaian agar nantinya si anak akan meniru pola hidup orang tuanya. Selanjutanya lebih pada penilaian sikap hormat pada orang tua dan hubungannya dengan keluarga dan teman.
Salah satu faktor utama adalah dasar calon menantu pria memilih puterinya, bila alasannya mengena di hati mereka, sepertinya restu pasti akan diperoleh, khususnya bila puterinya juga sudah sangat yakin dengan pasangannya.
Suatu tanda bahwa Anda sudah 90% diterima adalah bila Anda mengajak keluar rumah pasti diizinkan dan saat bertandang ke rumah sudah tidak terlalu diawasi. Apalagi bila sudah dititipi untuk menjaga puterinya, bila calon mertua pergi ke luar negeri atau luar kota, lampu hijau untuk Anda.
Karena hubungan antara menantu pria dan mertua pria dan wanita harmonis saja, tidak banyak tips yang dapat diberikan. Bahagiakan puteri dari mertua Anda kalau bisa kehidupannya lebih baik daripada saat bersama orangtuanya, baik secara moril dan materiel. Semua orang selalu berupaya untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Setujukah Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H