Selama bekerja, secara formal saya tidak pernah ditempatkan pada departemen HRD. Namun karena beberapa kali menjadi pimpinan cabang, maka secara otomatis saya mengerjakan beberapa tugas HRD atau paling tidak sebagai pelaksana tugas HRD. Karena perusahaan lazimnya berhemat dengan tidak mengirimkan manajer atau staf HRD ke kantor cabang.
Tugas mensortir atau memilih calon karyawan dari ratusan surat lamaran yang masuk dari HRD Kantor Pusat juga sudah sering saya alami. Yang paling tidak saya minati adalah pelamar yang hobi kutu loncat, baru tiga hingga empat bulan sudah pindah ke perusahaan lain dengan posisi yang sama. Hal ini menunjukkan pelamar ini tidak bekerja secara fokus, mungkin hanya petualang mencari tambahan pendapatan saja. Lalu nilai pada rapor atau ijasah yang nilainya 8 semua itu juga sangat tidak wajar, dan ketahuan saat memfoto copy ditempel.
Pengalaman membantu HRD juga berakibat saya mampu melakukan psikotest, mampu melihat secara cepat hasil psikotest, meski belum mampu melakukan penilaian karena hal ini ranah psikolog yang ada pada departemen HRD.
Bila menemukan surat lamaran dengan CV yang berkonotasi bluffing, saya justru sengaja memanggilnya untuk psikotest dan wawancara. Melalui psikotest akan langsung diketahu kinerja pelamar ini. Seandainya dia sanggup melewati psikotest karena mungkin dia sudah sering menghadapi psikotest, pasti akan ketahuan pada sesi wawancara.
Saat sesi wawancara saya tidak mempersiapkan pertanyaan teknis yang rumit, saya hanya membaca CV yang dikirimkan lalu meminta pelamar bercerita pengalaman yang dia tuliskan. Bila pelamar melakukan bluffing pada CV-nya maka jawabannya akan tidak runut, banyak lubang-lubang yang bisa dipertanyakan sehingga dia akan terbuka kedoknya. Namun saya juga pernah menjumpai seorang pelamar yang pandai merangkai kata-kata, sehingga hampir membuat saya terpesona dengan kata-kata yang diucapkannya. Cara menghadapi pelamar seperti ini adalah menanyakan apa tindak lanjut yang dia rencanakan bila seandainya dia diterima. Pelamar yang pandai merangkai kata-kata ini lazimnya hanya mempersiapkan data berdasar CV yang dibuatnya saja. Begitu ada pertanyaan diluar CV yang dibuatnya pelamar ini akan langsung gagu atau bicara secara tidak terstruktur. Maka akan ketahuan bahwa pengalaman yang dia cantumkan bersifat bluffing.
Tips bagi pelamar kerja, harap menyiapkan CV secara jujur agar dapat bercerita tentang pengalamannya secara utuh dan terstruktur. Hendaknya jangan menyampaikan data palsu, karena pewawancara yang berpengalaman pasti akan menemukan celah pada data yang tidak benar-benar dialaminya.
Kejujuran dan loyalitas seorang karyawan selalu yang dicari selain tentunya semangat kerja yang optimal dan kreatifitas pembaharuan. Perusahaan sangat menghindari menerima karyawan yang tidak jujur karena dasar dari suatu bisnis adalah kepercayaan. Bila CV-nya saja sudah menipu, dikawatirkan cara kerjanya juga akan dihiasi tipa tipu disana sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H