Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mampukah Suami Gantikan Peran Istri?

15 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 15 Februari 2021   06:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganti peran (sumber: dw.com)

Siapkah Anda sebagai seorang suami untuk mengambil alih peran isteri Anda?

Hal ini pernah dualami oleh Chris Spielman, seorang pemain olahraga sepak bola terbaik di Liga Nasional Amerika yang menikah dengan Stefanie seorang model. Setelah menikah, mereka berbagi peran, Stefanie menjadi ibu rumah tangga. Namun sebuah malapetaka menimpa keluarga ini, Stefanie divonis mengidap kanker payudara. Chris yang sedang bersiap memasuki musim pertandingan, memutuskan untuk berhenti sementara waktu. 

Lalu Chris mengambil alih semua pekerjaan yang biasa dilakukan oleh Stefanie, termasuk merawat Stefanie dan anak mereka yang masih kecil. Sejak itu tanggung jawab keluarga yang biasa dilakukan berdua beralih menjadi tanggung jawabnya seorang diri. Selama ini Stefanie selalu mendukung karier Chris, kini giliran Chris memberi dukungan sepenuhnya bagi isterinya yang sedang terpuruk. Akhirnya Stefanie meninggal dunia, dan Chris tetap menunjukkan kesetiaan dalam pernikahannya dengan tidak menikah lagi.

Dalam perjalanan pernikahan, pasti banyak kesulitan yang akan menguji janji pernikahan Anda. Suatu hubungan disebut berkualitas bila pasutri dapat menciptakan penerimaan yang utuh pada suatu keadaan yang tidak sempurna. Komitmen dapat dipenuhi bila Anda dapat menerima pasangan Anda dalam kondisi terburuk sekalipun. Suami-istri yang saling mendukung akan memiliki hubungan yang kuat untuk melewati suka duka yang bersama.

Sebuah hubungan pernikahan harus membuat pasangan bisa saling menerima dan mendukung dalam keadaan baik dan buruk. Komitmen tidak sekedar diikrarkan namun harus dilakukan dan dibuktikan untuk menepati janji pernikahan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun