Ilustrasi artikel ini sangat ekstreem, tujuannya agar pembaca benar-benar super waspada bila bersinggungan dengan Covid-19, selain kamar di rumah sakit sudah penuh, kuburanpun penuh.
Saat ini korban terpapar Covid-19 sudah mencapai 1 juta di seluruh Indonesia, Indonesia menjadi negara terbesar ke empat untuk jumlah korban terpapar Covid-19, terus bertambah tiap hari dari awal tahun 2020 belum ada korban hingga menjadi negara yang setiap hari penambahan kasus baru Covid 19 memecahkan rekor. Angka ini masih belum termasuk korban terpapar Covid-19 yang tidak tercatat karena korban hanya melakukan isolasi mandiri.
Berita duka cita berseliweran, berita teman atau keluarga dekat atau tetangga rumah terpapar Covid-19 makin sering terdengar. Bila ada perusahaan yang melakukan rapid test antibody atau swab test antigen pada seluruh karyawannya, semula statusnya non reaktive dan negatif, namun hari-hari terakhir ini mulai banyak yang statusnya reaktive dan positif. Sehingga harus diperiksa lebih teliti lewat swab test PCR.
Informasi dari teman ke teman, isinya si Polan dan si Juwita terpapar Covid-19. Makin lama kian dekat ke lingkaran kerabat kita. Korban terus bertumbangan, ada yang berhasil sembuh, namun tidak sedikit yang terpaksa harus meninggalkan dunia yang fana ini.
Ironisnya orang-orang yang sudah sangat berhati-hati sehingga dijuluki si paranoid, justru terdengar terpapar Covid-19 juga. Analisanya, korban ini terpapar akibat budaya sungkan.
Diajak makan siang atau makan malam, sungkan menolak. Saat bertemu, bicara sambil mengenakan masker, namun secara tidak benar, alias diturunkan ke leher, dan Anda sungkan menegur.
Di perkantoran juga ada orang-orang yang bebal, kapasitas lift sudah melewati batas yang diperkenankan, ada orang tetap masuk atau masih ada tempat tapi tidak memakai masker, sungkan menegur. Sehingga protokol kesehatan untuk menjaga jarak dan memakai masker dilanggar.
Di pasar tradisional banyak pedagang maupun pembeli yang lebih galak daripada Satpol PP yang menegur agar memakai masker. Di kantor, saya juga sering menemukan karyawan berdiskusi dengan masker diturunkan, dengan alasan susah bernafas, dan hanya memakai dengan benar bila boss besar melakukan sidak. Hal ini sangat berisiko.
Ada saudara datang bertamu, juga sungkan menolak. Teman kerja yang sering bersin, ingin menumpang kendaraan ke tempat kerja, juga sungkan menolak. Teman anak-anak Anda berkunjung juga tidak tega menolak, padahal di dalam rumah ada lansia yang rentan terpapar virus. Apalagi bila yang memakai masker secara tidak benar ini client, rata-rata sungkan menegur, karena takut pesanan melayang.
Awal Februari 2021 ada perayaan Imlek yang tradisinya mewajibkan untuk saling berkunjung, Anda harus punya prinsip tidak menerima tamu dan tidak mau bertamu. Untuk menyambung tali silaturahmi gantikan saja kehadiran Anda dengan pengiriman hamper.