Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksin Apa yang Anda Pilih?

10 Januari 2021   19:47 Diperbarui: 10 Januari 2021   19:57 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksin (sumber: m.merdeka.com)

Saat pandemi Covid-19 merebak, orang bertanya-tanya kapan vaksin ditemukan? Kini vaksin sudah ditemukan, orang justru bingung. Vaksin yang mana yang paling sesuai dan aman bagi saya dan keluarga saya. Yang membuat kebingungan karena Pemerintah RI mengakui dan mengizinkan 6 jenis vaksin untuk boleh beredar di Indonesia, yakni dari Pfizer, Moderna, Sinovac BioNtech,  Astra Zeneca (Oxford), Sinopharm dan Bio Pharma.

Pfizer dan Moderna (Amerika Serikat)  membuat vaksin dari bahan dasar mRNA, Oxford dari viral vektor dan Sinovac (Tiongkok) dari inaktif virus. Sebenarnya masih ada lagi produsen virus yakni Novavax (Amerika Serikat), Gamaleya (Rusia), dan beberapa produsen lainnya.

Polemik terus bergulir diseluruh dunia, apalagi seolah terjadi persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Info dari kalangan medis di Amerika Serikat justru belum terlalu yakin dengan vaksin mRNA, karena dianggap teknologi baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Mereka masih menyangsikan dampak jangka panjangnya. Terbukti banyak vaksin yang diprioritaskan bagi tenaga kesehatan di Amerika Serikat tersisa banyak.

Tenaga kesehatan di Amerika Serikat lebih merasa nyaman menggunakan vaksin inaktif karena sejak dulu vaksin diproduksi dengan teknologi ini, jadi dianggap sudah teruji. Teknologi vaksin inaktif sudah digunakan ratusan tahun dengan cara mematikan virus, seperti vaksin polio, rabies, hepatitis A yang sudah sering dipakai.

Ironisnya tidak ada vaksin inaktif yang ditawarkan pada tenaga kesehatan tersebut. Karena perusahaan bioteknologi Amerika Serikat lebih cenderung mengembangkan vaksin berbasis mRNA yang merupakan teknologi baru. Apalagi terdapat pengalaman kegagalan pada vaksin berbasis mRNA pada vaksin HIV, TBC dan influenza. Dan saat muncul pandemik Covid-19, perusahaan bio teknologi Amerika Serikat langsung menerapkan teknologi baru dan mengklaim berhasil.

Tenaga kesehatan di Amerika Serikat kawatir karena vaksin ini menggunakan teknologi baru. Memang dampak jangka pendek sudah terbukti baik, namun dampak jangka panjang belum ada buktinya. Mereka lebih yakin dengan vaksin inaktif karena sudah terbukti keamanannya untuk jangka panjang. Ironisnya tidak ada produsen farmasi Amerika Serikat yang memproduksi vaksin inaktif, yang ada justru produsen farmasi Tiongkok.
Uniknya beberapa tenaga kesehatan diluar Amerika Serikat justru merasa lebih yakin dengan vaksin mRNA. Apakah mereka terpengaruh nama besar merek perusahaan farmasi Amerika Serikat.
Secara teoritis vaksin mRNA lebih dapat diterima tubuh dan aman karena yang dimasukkan bukan virus inaktif. Tapi mRNA yang boleh masuk kedalam sel (seperti virus) untuk menghasilkan spike protein (yang terkandung dalam virus SARS COV2) yang tidak berbahaya sehingga nanti sistem imun tubuh akan menganggapnya sebagai antigen dan membuat antibodi yang sesuai. Jadi bila virus Corona masuk diharapkan spike protein yang ada dalam virus bisa otomatis dikenali dan diserang. Kekhawatiran sejumlah orang yang mengatakan hal ini dapat merubah struktur DNA. Meski aman untuk jangka pendek, keamanan jangka panjangnya perlu dibuktikan dulu oleh waktu. Hal ini karena nerupakan vaksin perdana untuk manusia yang berbasis mRNA.

Vaksin adenovirus seperti yang dibuat Oxford Astra Zeneca dan Gamaleya Russia juga termasuk baru, walau teknologinya sudah lama ada. Teknologi adenovirus ini juga pernah gagal pada vaksin yang dibuat untuk HIV, TBC dan influenza. Adenovirus adalah virus yang ukurannya besar, sehingga mudah dimodifikasi. 

Jika manusia terkena adenovirus jarang ada yang sakit dan biasanya timbul kekebalan yang menetap, karena itu potensial dijadikan vaksin. Vaksin berbasis adenovirus adalah vaksin yang berisi adenovirus yang dimodifikasi, dipasang spike protein yang terdapat pada virus SARS COV2. Diharapkan kekebalan yang timbul juga efektif untuk melawan Covid-19. 

Hingga kini juga belum ada vaksin berbasis adenovirus yang dijual bebas. Secara teoritis kekebalan yang didapat melalui vaksinasi adenovirus yang di modifikasi diharapkan mampu memberikan kekebalan yang lama dan mudah-mudahan menetap. Namun hal ini baru teori. Belum terbukti untuk jangka panjang, karena belum ada vaksin yang berhasil diproduksi dan terbukti efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun