Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mau "Lockdown" Seperti Apa?

9 Januari 2021   07:48 Diperbarui: 9 Januari 2021   08:00 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden RI Joko Widodo pada salah satu kesempatan rapat Kabinet menyatakan tetap memilih tidak lockdown. Pengertian lockdown di tiap negara atau wilayah juga tidak sama.

Di Wuhan, lockdown diterapkan warga tidak boleh keluar rumah atau bepergian dengan alasan apapun, sedang di Italia dan Perancis lockdown warga masih boleh keluar rumah untuk belanja kebutuhan sehari-hari atau  ke apotek. Brisbane, Australua baru kemsrin menerapkan lockdown selama tiga hari, gara-gara ada warga yang baru kembali dari Inggris menularkan virus kepada sembilan temannya. Aturan lockdown di Brisbane warga masih boleh ke luar rumah dengan pengecualian untuk belanja kebutuhan pokok, olahraga, kerja atau sekolah dan menolong warga yang sakit, dengan syarat ke luar rumah maksimum 2 orang dan memakai masker.

Pemerintah Indonesia lebih memilih karantina wilayah dengan istilah PSBB secsra ketat. PSBB yang akan diterapkan di Jawa-Bali dari tanggal 11-25 Januari 2021 dengan pembatasan kantor beroperasi 25% WFO dan 75% WFH, belajar mengajar daring, mall dan pasar harus tutup jam 19.00 WIB, makan dine-in kapasitas maksimum 25%, pekerjaan konstruksi dengan prokes ketat, pembatasan transportasi, pembatasan tempat ibadah 50%, fasum dan kegiatan sosbud ditiadakan dan warga disarankan tidak keluar rumah atau bepergian  bila tidak penting sekali. Bila terpaksa harus keluar rumah harus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).

Selain itu Pemerintah melalui Pemprov, Pemkab dan Pemkot akan menegakkan disiplin protokol kesehatan lebih ketat. Tentu disertai sangsi hukum bagi warga yang melanggar.

Sebaiknya Indonesia tidak perlu lockdown karena ada dua dampak besar yakni dampak psikologis dan ekonomi. Dampak psikologis dapat menimbulkan kejenuhan dan euforia. Sedangkan dampak ekonomi dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi karena Indonesia masih banyak pekerja harian yang harus bekerja tiap hari agar mendapatkan penghasilan guna menghidupi keluarganya.

Ketatkan terus disiplin protokol kesehatan, semoga laju pertumbuhan korban Covid-19 dapat diturunkan, karena rumah sakit sudah penuh. Lebih baik di rumah saja ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun