Hari ini dikenal sebagai festival wedang ronde atau Hari Raya Tang Cie, sebagai penanda tibanya Musim Dingin. Tang Cie lazim dirayakan tiap tanggal 22 Desember kecuali pada tahun Kabisat dirayakan pada tanggal  21 Desember..
Asal mula Tang Cie
Adalah seorang pemuda yang memiliki profesi sebagai tabib sedang mencari ramuan di hutan untuk bahan obat. Akibat suatu kesalahan yang tidak disengaja, tabib ini mengambil tanaman beracun yang mengakibatkan menjadi buta.
Masih beruntung, pemuda ini diketemukan seseorang yang lalu mengantarnya pulang ke rumah orang tuanya. Sang ibu seorang wanita yang sangat lanjut usia sangat sayang pada anaknya.Â
Pada saat anaknya tidur, sang ibu mencongkel kedua kornea matanya untuk diberikan kepada anaknya. Ketika sang pemuda terbangun sangat terkejut karena ia dapat melihat kembali. Namun pemuda itu bersedih saat mengetahui bahwa ia dapat melihat berkat pengorbanan sang ibu.
Pemuda ini bermaksud mengembalikan matanya kepada sang ibu, namun sang ibu selalu menolaknya. Sang ibu hanya memberi petunjuk agar anaknya membuat ronde dari ketan dan memasukkan ronde itu pada kedua kelopak matanya sebagai tanda bakti. Suatu keajaibanpun terjadi, ronde itu berubah menjadi mata dan sang ibu mampu melihat kembali.
Jadi filosofi dari membuat ronde dari ketan ini adalah tanda bakti seorang anak terhadap orang tuanya, sebagai balasan atas kasih sayang ibunya.
Dan di Indonesia, tanggal 22 Desember juga diperingati sebagai hari Ibu. Meski penetapannya berdasar tanggal penyelenggaraan Konggres Perempuan Indonesia pertama, 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
Perayaan ronde
Pada festival Tang Cie, malam sebelum hari H, ibu-ibu membuat ronde dari bahan tepung beras ketan yang  dibentuk menjadi bulatan dan diwarnai aneka warna, ada merah, hijau dan putih.