Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Jari Tangan

7 November 2020   12:16 Diperbarui: 7 November 2020   12:22 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jari tangan (sumber: bbc.com)

Pernahkah Anda secara khusus memperhatikan jari-jari pada tangan Anda. Jari tangan Anda terdiri dari lima jari yaitu satu ibu jari yang kadang disebut si jempol yang selalu digunakan untuk menyanjung orang lain, satu jari telunjuk yang sering digunakan untuk menunjuk dan kadang untuk menyuruh orang lain , satu jari tengah yang paling panjang disebut jari paling sombong karena paling panjang, satu jari manis yang dianggap paling sabar sehingga sering di sematkan cincin serta satu jari kelingking yang disebut si penurut.

Meskipun berbeda sikap dan kegunaan namun jari tangan dapat bergabung saling mendukung membentuk satu kepalan yang dapat Anda gunakan untuk memukul lawan.

Pernahkah Anda bayangkan bila seluruh jari Anda jempol semua atau kelingking semua? Secara sederhana dapat dijelaskan makna yang tersirat pada jari . Manusia dilahirkan dengan banyak perbedaan (suku, gender, dan lain-lain) namun diharapkan dapat saling bersatu padu untuk saling membantu, saling menolong, saling menyayangi, saling menghargai dan saling berbagi. Bukannya untuk saling  menyalahkan, saling merusak dan saling menuduh.

Dengan adanya perbedaan, hendaknya kita saling melengkapi sehingga terbentuk harmoni yang indah. Manusia hendaknya menomor satukan rasa rendah hati untuk mampu menghargai orang lain karena banyak hal yang harus dikerjakan bersama.
Suatu kelebihan yang Anda miliki, mungkin adalah kekurangan bagi orang lain. Namun sebaliknya kelebihan orang lain dapat merupakan kekurangan Anda.
 
Setiap manusia dilahirkan sederajat dalam keadaan telanjang, tidak ada yang lebih kaya atau lebih miskin, tidak ada yang lebih pandai maupun lebih bodoh.
Predikat bodoh stau pandai itu relatif sifatnya, yang tergantung dari talenta yang Anda miliki. Namun manusia tetap bukanlah individu yang sempurna, manusia harus saling melengkapi untuk menuju kesempurnaan.

Meskipun Anda pandai dan hebat, suatu saat Anda dapat jatuh atau mengalami kegagalan. Namun bila Anda selalu bersikap rendah hati maka Anda bersama orang.lain akan dapat mencapai tujuan mencapai kesempurnaan. 

Sudahkah Anda berkaca pada jari ditangan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun