Hari ini seluruh jagat kuli tinta yang sekarang lebih lazim disebut kuli pengolah kata berduka, khususnya keluarga besar Kelompok bisnis Kompas Gramedia (KKG). Jakob Oetama, seorang guru yang akhirnya malang melintang sebagai wartawan, wafat dalam usia 88 tahun (September 1931 - September 2020) setelah berjuang selama dua minggu melawan kanker di sebuah rumah sakit di Jakarta Utara.
Sebagai wartawan senior, Jakob Oetama yang sering disapa mas Jakob atau pak Jakob atau Opa Jakob oleh karyawan-karyawati KKG adalah pendiri koran Kompas bersama Ojong Peng Koen (PK. Ojong). Nama 'Kompas' adalah nama pemberian almarhum Presiden RI pertama Ir. Soekarno, karena diharapkan koran ini akan menjadi panduan hidup bangsa Indonesia sebagai halnya kompas yang menjadi panduan untuk menentukan arah di hutan maupun di lautan. Mungkin kalau sekarang namanya adalah "GPS". Motto koran "Kompas" adalah Amanat Hati Nurani Rakyat, meski "Kompas" sering diplesetkan oleh kelompok yang nyinyir sebagai "Komando Pastor".
Saat "Kompas" pertama kali naik cetak, 1965, sebagai co-founder "Kompas" Jakob fokus pada editorial, sedangkan P.K. Ojong lebih fokus pada bisnisnya. Â Celakanya saat P.K. Ojong wafat pada 1980, Jakob yang tidak memahami soal bisnis mau tidak mau harus mengemudikan bisnis KKG yang sudah melahirkan banyak majalah dan tabloid. Seiring berkembangnya media daring, tinggal dua andalan media KKG yakni "Kompas" dan "Intisari".Â
Jakob Oetama kini adalah Presiden Direktur KKG, Pembina Persatuan Wartawan Indonesia dan Penasehat Konfererasi Wartawan ASEAN. Kiprah Jakob Oetama sebagai perintis media tulisan di Indonesia tidak dapat dilupan oleh siapapun. Yang patut diteladani adalah sikap rendah hati dari Jakob Oetama. Beristirahatlah dalam damai Opa Jakob.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H