Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Rahmi Hidayati, Setia pada Pakem Berkebaya

5 September 2020   18:59 Diperbarui: 5 September 2020   19:15 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratih (sumber: bisniswisata.co.id)

Kotekasiana pada hari ini Sabtu 5 September 2020 kembali menyelenggarakan webinar melalui laman zoom dengan menampilkan nara sumber, Rahmi Hidayati, Ketua Gerakan Wanita Berkebaya Indonesia.

Sore ini Rahmi yang berasal dari Riau ini tampil dengan kebaya kutu baru warna merah cerah. Wanita dengan potongan rambut pendek ini nampak feminin dengan kebaya meskipun sebenarnya agak tomboy karena hobinya naik gunung. Rahmi sangat senang tatkala wanita tomboy juga mulai gemar berkebaya.

Pertama kali naik gunung Gede di Jawa Barat dan dilantik oleh Mapala UI. Uniknya, Rahmi tetap berkebaya saat naik gunung, artinya mengenakan kebaya dan kain. Agar memudahkan memanjat pada elevasi yang membutuhkan tangan memegang pohon dan kaki diangkat dia mengatur lilitan kainnya secara khusus. 

Untuk naik gunung Rahmi memodifikasi bahan kebaya dengan bahan kaos tetapi masih mengikuti pakem. Namun Rahmi bukan wanita pertama yang naik gunung dengan berkebaya.

 Yang pertama menurutnya adalah penari Bali. Tetapi akhirnya Rahmi diganjar piagam MURI saat berhasil menyelenggarakan acara Kartini dengan mengumpulkan 17.000 wanita berkebaya di Pekalongan.

Rahmi memang sangat mencintai batik dan kebaya, hingga ia tidak segan membuat acara outdoor untuk penduduk desa berupa fashion show berkebaya, tentunya sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia. Iapun secara ekstreem mendadani bayi anak temannya dengan busana kebaya.

Saat bepergian Rahmi selalu setia dengan berkebaya, seperti saat jalan-jalan ke Bunaken- Sulawesi Utara, mencebur ke laut masih mengenakan kebaya. Bermain paralayang di Puncak Jawa Barat juga mengenakan kebaya. Hanya saja Rahmi sempat mengalami masalah saat beraktivitas paralayang di Papua karena banyaknya pohon, dia sempat jatuh namun kainnya tidak sampai robek.

Bepergian dengan kereta api Rahmi tetap setia dengan berkebaya, juga saat ke danau mendayung dan bersepeda juga dengan berkebaya.

Rahmi juga senang bepergian ke luar negeri dan ia selalu menghubungi kedutaan besar Indonesia untuk mensosialisasikan kebaya sebagai identitas wanita Indonesia. Dalam lawatannya ke  Jepang, China,  Korea dan New York, Rahmi selalu berkebaya, bahkan saat mampir ke Washington sempat diwawancarai oleh VOA.

Rahmi juga memperkenalkan kebaya sebagai ciri khas busana wanita Indonesia di Nepal, Bangkok, Paris dan Australia. Yang penting jangan pernah merasa ribet saat berkebaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun