Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homo Sapiens

15 Agustus 2020   06:00 Diperbarui: 15 Agustus 2020   06:42 4618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia (sumber: britanica.com)

Manusia sering disebut sebagai mahluk yang paling tinggi martabatnya karena memiliki akal budi. Meski Charles Darwin dalam penelitiannya atau hipotesanya menyatakan bahwa manusia asal usulnya atau berevolusi dari kera.

Benarkah manusia tidak ada bedanya dengan kera? Apakah manusia boleh saling membunuh seperti halnya kera? Dalam dunia binatang yang tidak mengenal hukum, siapa yang lebih kuat berhak menyingkirkan yang lemah, sedangkan dalam dunia manusia yang mengenal hukum, yamg kuat dan lemah sama statusnya dimata hukum.

Meski banyak manusia yang memiliki peri-kebinatangan, misalnya Adolf Hitler yang merasa ras bangsa Arya lebih tinggi sehingga boleh  memusnahkan bamgsa Yahudi. Atau Peter Singer yang menyatakan bahwa janin manusia yang cacat atau bayi yang lemah boleh disingkirkan (digugurkan) agar dunia manusia hanya ditempati manusia yang lengkap dan lebih kuat.

Hal ini sangat bertentangan dengan teori theokratis yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berbeda dan bermacam-macam untuk saling melengkapi.

Manusia berharga bukan karena fisiknya yang sempurna dan kuat. Namun karena memiliki nyawa yang berharga. Jadi bila ada manusia bosan hidup boleh bunuh diri, adalah pemahamsn yang salah. Hidup adalah hak semua orang, beda dengan hewan konsumsi yang boleh dibunuh untuk dimakan seperti ayam, bebek, kambing, sapi atau lainnya.

Teori evolusi Charles Darwin dianggap oleh banyak peneliti sebagai filosofi atau kepercayaan dan bukan suatu ilmu. Beberapa ahli ilmu pasti bahkan mengatakan manusia yang canggih itu terjadi secara acak adalah kemustahilan sebagai sebuah seleksi alam.

Manusia atau homo sapiens hendaknya hidup saling menghormati dan saling menolong untuk menunjukkan harkatnya sebagai ciptaan paling sempurna. Itulah sebabnya manusia yang tega membunuh atau melenyapkan nyawa sesamanya disebut memiliki sifat seperti binatang.

Hiduplah seperti manusia yang selalu memiliki cinta kasih dan akal budi sehingga dunia ini lebih nyaman dihuni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun