Kasus tertangkapnya wanita muda cantik bertubuh mulus berinisial HH di Medan kembali menjadi berita viral di nedia sosial. Kenapa kasus lendir banyak digemari masyarakat?Â
Setelah kasus sebelumnya VA juga menghebohkan dunia pelacuran daring karena tarifnya yang menghebohkan. Kasus pelacuran selalu menjadi ladang  pro dan kontra. Padahal HH wanita biasa yang tadinya siapapun tidak ada yang mengenalnya sekarang mendadak populer. Walaupun populer dalam arti negatif.
Selama ini hukum positif hanya berlaku bagi si wanita penyedia jasa, sudah dikriminalkan plus dipermalukan. Sedangkan si pria  yang membeli jasa dengan enaknya melenggang kabur tanpa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Seharusnya perbuatan dua anak manusia dewasa yang mau sama mau tidak berakibat hukum. Lebih tepat implikasinya ke ranah sosial dan moral. Yang jauh lebih berat harusnya bila  yang status sosialnya sudah berkeluarga. Kalau semua orang mau jujur cobalah melakukan penelitian di klub malam atau lokalisasi PSK berapa banyak konsumen yang masih berstatus jomblo.
Kasus esek-esek selalu menjadi viral, terjadi adu argumentasi antara warga dunia maya, apalagi kalau kasusnya menimpa artis beken pasti media rajin sekali memuat beritanya berhari-hari.
Kasusnya akan berbeda kalau kasus prostitusi daring ini menimpa orang kebanyakan, tak satupun media yang rajin memberitakan. Atau kasus ini sengaja diangkat sebagai berita sebagai iklan pemberitahuan bahwa tarif prostitusi di era pandemi sudah naik?
Dan selalu para pejuang moral karbitan rajin berkicau mengutuk secara keras dan vulgar. Apakah mereka marah sungguh-sungguh atau sekedar bersyukur bahwa yang tertangkap bukan saya.
Mengapa wanita yang selalu disalahkan? Dari sejak era Siti Hawa menawarkan buah kebajikan kepada Adam, yang disalahkan sehingga manusia jatuh ke dalam dosa adalah wanita.
Stigma  kesalahan selalu jatuh pada wanita, melalui khotbah para suciwan dan suciwati. Alangkah keji dan jahatnya.
Semoga saja para wanita mau tabah dan berani berjuang untuk keluar dari profesi tertua ini.