Setelah mengikuti masa pra bhakti mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan istilah Mampram, kini tibalah pada hari terakhir yang dikenal sebagai malam inagurasi. Pada hari itu semua "mahasiswa baru" atau cama-cami dikukuhkan sebagai mahasiswa.
Pada malam inagurasi saya bersama empat mahasiswa baru lainnya dipilih untuk tampil. Saya sebagai pemain gitar melody, bersama Ronny yang memainkan bass gitar, Joni memainkan ketipung untuk menggantikan bunyi drum, sedangkan Harry dan Adi memberanikan diri menjadi vokalis.
Dengan latihan sekedarnya, hanya satu dua jam disela-sela waktu jedah antara waktu berakhirnya agenda mampram dan malam inagurasi, kami memberanikan tampil dalam olah musik, mengandalkan pengalaman kami bermusik saat di sekolah menengah. Kami mengalunkan lagu yang biasa dinyanyikan para pendaki gunung atau pecinta alam "Melati dari Jayagiri" karya Trio Bimbo.
Saat kami selesai membawakan lagu tersebut, sungguh diluar dugaan sambutan tepuk tangan membahana di seluruh gedung auditorium yang dipenuhi oleh mahasiswa lama, mahasiswa baru dan dosen.
Di belakang panggung saya didatangi empat orang mahasiswa lama berambut gondrong. "Kamu yang bernama Tony, ya?". Kupikir ada apa lagi mahasiswa lama mencari saya padahal agenda mampram sudah berakhir. "Ya kak," jawabku sopan.
"Eh jangan ketakutan gitu dong, kita khan sudah berstatus sama sebagai mahasiswa. Tujuan kami mencarimu untuk persiapan pembentukan band yang akan mengikuti festival band pada Hari Musik Nasional," seloroh Jimmy salah satu dari mereka.
"Perkenalkan saya Jimmy, sebagai calon pemain keyboard, lalu Bowo pemain bass, Agus pemain drum dan Santo sebagai vokalis," dengan ramah Jimmy memperkenalkan dirinya dan teman-temannya.
"Kami masih memerlukan pemain gitar melody, dan berdasar pengamatan kami saat penampilan tadi, kami menilai kamu sesuai bergabung dengan kami. Ok?", sambung Bowo.
"Kita latihan tiap akhir minggu di rumahku," jawab Bowo sumringah.
Singkat cerita, akhirnya saya ikut bergabung dengan band bentukan yang kami beri nama "Crazy Horses". Selama latihan berlangsung, saya selalu berjumpa dengan seorang bapak agak tua berambut gondrong bertopi dengan celana jean dekil yang selalu setia melihat dan mendengarkan latihan kami.