Kota Lama kota Semarang saat saya masih kecil merupakan kawasan kumuh, dengan bangunan tua tegar tapi tak terurus. Tempat tinggal para begal dan penodong, sehingga para pengunjung kota Semarang, harus menunggu matahari bergeser ke atas, bila turun di stasiun Tawang, daripada nekad menuju hotel atau rumah keluarga, kena todong di sekitar Kota Lama. Para penodong dengan mudah melarikan diri dan bersembunyi di antara bangunan tua.
Dulu orang berkunjung ke Semarang dengan tujuan utama wisata kuliner, karena di Semarang banyak kuliner enak dengan harga murah. Sebut saja Sego Ayam, Lunpia, Wingko Babat, Moci, Bistik Kambing, Soto Ayam, Mie Jowo, Nasi Langgi, Lontong Cap Go Me, Tahu Pong Gimbal Urang, Tahu Petis, Â dan aneka kuliner lainnya yang membuat Anda harus mengatur diet sepulangnya dari berlibur di kota Semarang.
Kini, seiring dengan selesainya program revitalisasi Kota Lama, Kota Lama didaulat menjadi magnet wisata baru yang tidak boleh dilewati pada saat berlibut ke ibukota provinsi Jawa Tengah ini.
Malam hari kesan seram sudah sirna, tergantikan oleh terangnya cahaya lampu taman. Gedung-gedung lama banyak yang disulap menjadi cafe, restoran dan rumah makan modern. Contohnya, Spiegel Bar & Resto yang menjajakan gabungan kuliner nusantara, Asia dan Western.
Gereja Blenduk, Gedung Marba, Taman Srigunting, Stasiun Tawang, Jembatan Berok, Kantor Pos Utama dan sejumlah bangunan utama yang dibangun abad 17 dan sekarang termasuk bangunan sejarah (heritage) yang dilindungi menjadi area berswafoto.
Karena di depannya sudah tersedia trotoar yang cukup lebar, sehingga melindungi para pengunjung dari bahaya tertabrak kendaraan yang lalu lalang.
Program revitalisasi Kota Lama tidak tanggung-tanggung dalam membenahi Kota Lama. Kawasan yang dulu terkenal langganan banjir karena rob akibat air laut sudah dapat diatasi dengan mengatur sistem drainase dan kolam retensi.Â
Juga seluruh bangunan tua yang tak terurus pelan tapi pasti mulai terkelola oleh pemilik bangunan maupun para investor baru.
Bangunan lama kembali difungsikan menjadi cafe, restoran, kedai kopi, hotel, galeri seni, museum dan wahana wisata agar menyesuaikan dengan gaya hidup kaum milenial. Sebut saja Old City 3D Trick Art Museum yang memanjakan para pelancong dengan koleksi gambar ilusi mata yang sangat instagramable.
Jadi, kapan mau dolan ke Semarang? Anda akan memanjakan lidah dengan kuliner nusantara, maupun akulturasi kuliner (kuliner Belanda, Tionghoa dan Arab).Â
Kuliner Belanda ada restoran legendaris Toko Oen yang terkenal dengan bistik lidah, galantin, bitterballen dan poffertjes. Kawasan pecinan (China Town) dengan bakmi, lunpia, bolang baling, untir-untir, cakue  dan lontong cap go meh, serta kuliner Arab di kawasan Kauman.
Tapi, jangan lupa, Anda wajib mengunjungi Kota Lama yang sudah cantik bak noniek Belanda. Ya, kini kawasan Kota Lama Semarang tepat sekali disebut sebagai Little Netherland.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H