Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Bertanya pada Bapak (Kesehatan - Bagian 10)

15 Februari 2019   05:59 Diperbarui: 15 Februari 2019   05:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu Indonesia Sehat (sumber: www.infonawacita.com)

Dulu sering beredar pameo bila menjadi rakyat kecil dan miskin, jangan pernah sakit. Karena beaya pengobatan itu luar biasa mahal dan hanya bisa dibayar oleh orang-orang berkantong tebal. Nah, bagaimana sistem kesehatan pada Pemerintah (periode Jokowi - JK) saat ini ?
Anak : "Pak, benar ya bahwa orang miskin tidak boleh sakit ?"
Bapak : "Siapapun pasti tidak mau sakit, karena sakit itu menderita, juga harus mengeluarkan banyak uang untuk beaya rumah sakit, dokter dan obat. 
Sakit bisa disebabkan oleh kurangnya kebersihan, faktor keturunan maupun virus-virus yang hinggap di tubuh manusia. Faktor kebersihan sudah ditanggulangi Pemerintah dengan membangun sarana air bersih, dengan meningkatnya kebersihan, rakyat diharapkan juga terhindar dari rupa-rupa penyakit.
Bagi rakyat miskin bila sampai jatuh sakit, jangan kawatir, karena Pemerintah sekarang gencar membagikan Kartu Indonesia Sehat (KIS) di kantong-kantong daerah miskin. Dengan KIS rakyat miskin dapat berobat dengan beaya menjadi tanggungan negara."
Anak : "Mengapa program BPJS Kesehatan masih sering kisruh ?"
Bapak : "Tidak semua kegiatan BPJS Kesehatan kisruh, memang diakui Pemerintah masih ada kekurangan disana-sini pada pengoperasian kegiatan BPJS Kesehatan.
Kekisruhan bisa disebabkan sistem yang belum sempurna yang dijalankan oleh pengelola BPJS Kesehatan sehingga ada keterlambatan pembayaran ke rumah sakit. Juga ada keluhan dari BPJS Kesehatan bahwa iuran dinilai terlalu rendah, sudah saatnya Pemerintah untuk menyesuaikan besarnya iuran. Sebaliknya kekisruhan juga bisa datang dari pihak rumah sakit yang kurang disiplin dalam proses penagihan ke pengelola BPJS Kesehatan.
Selain itu masih adanya rumah sakit yang "nakal", sehingga merugikan peserta BPJS Kesehatan, dengan alasan kamar penuh, sehingga pasien harus menambah beaya rumah sakit untuk naik kelas perawatan. Hal ini sering membebani pasien.
Juga ketidak disiplinan peserta BPJS Kesehatan dalam membayar iuran wajib, menyebabkan pelayanan kesehatan ditolak. Setelah sakit, peserta baru menyadari bahwa sudah sekian lama tidak melaksanakan kewajiban membayar iuran.
Pada dasarnya BPJS Kesehatan itu menggunakan prinsip asuransi, artinya peserta bersama-sama membeayai peserta lain yang sakit. Bila pengelolaan dana iuran berlangsung dengan tertib, seharusnya program BPJS Kesehatan akan berjalan baik. Karena perbandingan jumlah manusia yang sehat dan sakit pasti lebih banyak yang sehat.
BPJS Kesehatan berlaku untuk semua warga negara dan wajib membayar iuran. Berbeda dengan KIS yang hanya diberikan kepada golongan miskin dan tanpa harus membayar iuran."
Anak : "Kalau begitu semua program kesehatan yang dijalankan Pemerintah sekarang sudah tepat, tinggal memperbaiki kesalahan disana sini agar sistem dapat dijalankan secara sempurna."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun