Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anak Bertanya pada Bapak (Golput - Bagian 8)

13 Februari 2019   05:33 Diperbarui: 13 Februari 2019   07:57 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Golput atau Golongan Putih sebuah tindakan seseorang untuk abstain alias tidak memberikan hak suara pada suatu pemilihan umum atau pilpres, pilleg maupun pilkada.
Golput bisa dengan cara duduk manis di rumah, datang ke TPS namun mencolos semua calon atau tidak mencoblos sama sekali, sehingga dianggap tidak sah, atau pergi ke tempat lain, luar kota atau luar negeri di tempatnya terdaftar sebagai pemilih tetap alias tidak mendatangi TPS pada hari pencoblosan.
Anak : "Pak, kenapa orang ada yang memilih Golput ?"
Bapak : "Nak, dalam suatu pemilihan masing-masing peserta memiliki hak untuk memilih, bisa memilih calon yang tersedia atau tidak memilih siapapun. 
Tidak memilih sebenarnya juga sebuah pilihan, bisa saja karena ia apatis, belum dapat menentukan pilihan, atau dipengaruhi pihak lain untuk tidak usah memilih.
Golput bila dilakukan oleh pribadi, bukan masalah besar. Golput akan menjadi masalah bila menjadi sebuah gerakan, ada gerakan yang dilakukan untuk mengajak pemilih sah tidak memilih.
Gerakan Golput bisa muncul ketika paslon yang tampil dianggap tidak layak dipilih, tetapi bisa juga merupakan strategi kampanye kelompok paslon tertentu. 
Contoh, paslon 01 susah untuk menang di Sumatera Barat, untuk menggembosi jumlah suara paslon 02 bisa saja dibuat gerakan Golput dengan alasan bila tidak ingin memilih paslon 01 sebaiknya Golput karena paslon 02 diragukan bisa memimpin shalat.
Contoh lainnya, paslon 02 susah untuk menang di Jawa Tengah, untuk menurunkan jumlah suara paslon 01 dilakukan gerakan untuk meng-Golput-kan calon pemilih paslon 01 dengan menyebarkan informasi bahwa paslon 01 tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kalau tidak senang memilih paslon 02 tidak apa-apa, tetapi juga tidak usah pilih paslon 01 karena alasan di atas.
Demikian pula terjadi di Kalimantan Tengah, untuk menurunkan jumlah suara paslon 01, dilakukan gerakan untuk meng-Golput-kan pemilih sah dengan issue bahwa paslon 01 kurang berpihak pada minoritas. 
Belum lagi issue kerusuhan paska pilpres, informasi ini juga dapat memicu sebagian pemilih sah untuk tidak datang ke TPS bahkan kabur ke luar negeri, ini juga termasuk salah satu upaya meng-Golput-kan pilpres. Belum lagi pemilih awal yang masih sering bingung harus pilih paslon yang mana, diiming-imingi diskon wisata ditambah adanya harpitnas, serta hobby jalan-jalan mereka, memudahkan mereka memilih pergi jalan-jalan daripada harus mengantre di TPS."
Anak : "Mengapa orang diminta jangan Golput ?"
Bapak : "Meski Golput itu sebuah pilihan, namun sebisa mungkin dihindari. Dengan adanya paslon sebaiknya pemilih sah menggunakan hak pilihnya sebagai salah satu tanggung jawabnya sebagai warga negara.
Karena bila banyak yang Golput, akibatnya hasil pilpres akan kurang valid, bila mengacu pada hasil survey yang memberikan data 20% pemilih tetap masih tergolong Golput atau belum menentukan pilihan, siapapun yang menang tidak didukung oleh 20% pemilih sah ini.
Akibatnya, bila paslon terpilih nantinya memiliki kinerja yang kurang baik, mereka yang Golput sebagai konsekuensi sebaiknya jangan mengeluh.
Karena pilpres adalah untuk menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan, dengan alasan apapun sebaiknya jangan Golput. Bagi mereka yang tinggal di lokasi di luar lokasi TPS, sebaiknya segera mengurus pemindahan lokasi TPS agar tetap dapat melakukan hak pilihnya.
Jadi, renungkan pilihan yang sesuai hati nurani, jangan Golput, demi menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan. 
Nak, jangan lupa tanggal 17 April 2019 ke bilik suara, ya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun