Pamer adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa, yang terjemahan bebas dalam bahasa  Indonesia adalah senang menunjukkan kekayaan, keberhasilan dan kekuasaan agar dinilai lebih tinggi oleh masyarakat sekitarnya. Pamer adalah sebuah sifat, kadang orang yang memiliki sifat ini tidak menyadari, dan merasa layak-layak saja.Â
Misal ia mengunggah foto makanan enak di restoran mewah, foto liburan di Alaska, foto tinggal di hotel mewah, foto belanjaan di Paris maupun mogenya yang baru dibelinya.
Bagi orang yang bijak, orang pamer ya sah-sah saja, karena itu hak dia, tentunya asal bukan hasil dari korupsi uang rakyat yang dipamerkannya. Sebaliknya bagi orang yang kurang bijak, sifat pamer dapat menyebabkan sakit hati dan menyebut orang yang sedang pamer bersikap sombong dan takabur.
Orang yang memiliki sifat pamer tidak melulu orang kaya, orang miskinpun banyak yang suka pamer, sehingga ada istilah orang kaya baru. Kadang untuk memenuhi ambis pamernya, ia tidak segan harus berhutang kesana kemari.
Uniknya, kebanyakan orang yang sangat kaya, justru lebih bijak dan tidak ingin menonjolkan kekayaannya. Sebaliknya, orang yang semi kaya, justru yang sifat pamernya luar biasa besar.
Kedekatan dengan pejabat dan orang kaya, sering kali dijadikan ajang pamer pula. Itulah sebabnya, kita sering melihat di kantor-kantor ada yang memajang foto pemilik kantor bersama pejabat. Bahkan yang sedang viral saat ini, banyak orang yang pamer diundang ke pesta perkawinan anak dari Crazy Rich Surabaya dan pesta kawin emas Crazy Rich Indonesia.
Di media sosial bertebaran foto undangan, lengkap dengan tiket dan voucher hotel dan souvenir yang akan diberikan, serta foto-foto pre wed dan saat prosesi lamaran dari calon pengantin. Â Juga ada foto-foto penyambutan di bandara, suasana pesta hingga panjangnya karangan bunga di sepanjang jalan masuk hotel tempat perhelatan di selenggarakan.Â
Orang yang diundang orang sangat kaya merasa bangga, karena dekat dengan orang sangat kaya, hingga ia perlu menyebarkan atau memviralkan momen ini.Â
Tentunya dengan harapan untuk mengkatrol porto folio dirinya, karena dia diketahui punya kedekatan dengan orang sangat kaya atau menunjukkan eksistensi bahwa yang diundang ini juga tergolong orang kaya. Karena lazimnya anjing berkumpul dengan anjing, gajah berkumpul dengan gajah.
Sifat pamer ini sudah mendarah daging, sehingga sulit diperbaiki. Jadi, tidak perlu merasa sebel dengan orang-orang yang suka pamer. Anggap saja sebagai angin lalu.
Sebagai orang bijak, Anda harus percaya pada kemampuan diri sendiri, biarlah mereka pamer, toh tidak merugikan kehidupan Anda. Â Paling jempol Anda sedikit lelah untuk menghapus unggahan bernada pamer. Yang terpenting, Anda tidak ikutan latah memviralkan berita pamer tersebut. Semoga ...