Film ini diawali dengan narasi suara Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang berusaha membubarkan demonstrasi damai yang dilakukan para pendukungnya di depan markas Brimob Kelapa Dua, Depok, saat Ahok harus mendekam di penjara selama dua tahun akibat tuduhan melakukan penistaan agama pada pidatonya di Kepulauan Seribu. Dan film ini diakhiri dengan narasi yang membacakan salah satu surat Ahok kepada para pendukungnya yang sangat popular dengan kalimat penutup "Gusti Ora Sare" (Tuhan Tidak Tidur).
Film garapan sutradara Putratama Tuta ini menyuguhi penonton dengan keindahan panorama Belitung Timur, daerah tempat lahir Ahok dan dibesarkan oleh Kim Nam, sang ayah, yang idealis dan penyayang warga sekitarnya.
Hampir separuh bagian film ini menguras visi kemanusiaan sang ayah, seorang pemborong yang anti menyuap pejabat korup, pengusaha penambangan timah yang enggan menutup bisnisnya meski terancam bangkrut hanya beralasan harus memberi makan keluarga para pekerjanya, bahkan menggerogoti kestabilan bisnis apotek isterinya.
Kebaikannya dan sikap senang menolongnya terhadap warga sekitar, membuat hutangnya kepada Asun (diperankan oleh Ferry Salim) makin membengkak. Kegigihannya bekerja guna memberikan makanan terbaik dan pendidikan bagi ke lima anaknya, membuatnya sakit-sakitan.
Penonton dibuat terenyuh saat menyaksikan Kim Nam menangis karena tidak mampu membantu biaya kelahiran anak tetangganya, sehingga memicu Ahok kecil untuk memecah tabungannya guna membantu biaya kelahiran anak tetangganya tersebut. Ketulusan warga terhadap isteri Kim Nam yang memberikan daging gratis saat mengetahui keluarga tersebut dalam kondisi susah.
Mimpi Yang Berbeda
Ahok kecil selalu menyaksikan ketegaran sang ayah yang mendidiknya dengan keras dan sangat berharap Ahok kelak menjadi dokter dan mampu mengobati sakit sang ayah, serta mau mendirikan rumah sakit guna menolong warga Belitung Timur.
Namun dalam perjalanan pendidikannya, Ahok lebih memilih jalur bisnis bahkan meraih gelar Master di bidang bisnis. Ahok dewasa (diperankan oleh Daniel Mananta) berniat memperbaiki bisnis sang ayah yang nyaris kolaps, namun sang ayah tidak sepaham dengan teori si anak kota. Setelah kematian putra bungsunya, kesehatan sang ayah makin menurun drastic hingga akhirnya meniggal dunia.
Ahok yang kembali ke tanah kelahirannya, melanjutkan bisnis sang ayah dengan terobosan baru, namun menemui banyak hambatan dari pejabat korup di daerahnya. Hal ini memicu dirinya untuk mencalonkan diri menjadi anggota dewan perwakilan rakyat.Â
Di dalam lembaga legislative, Ahok makin melihat kebobrokan sistem pemerintahan. Yang akhirnya menggiringnya untuk mencalonkan diri menjadi Bupati Belitung Timur, meski tantangannya sangat berat.Â
Hanya saudara-saudaranya yang mendukungnya, adik wanitanya yang seorang pengacara dan adik laki-lakinya yang seorang dokter, membuktikan pesan sang ayah, agar dalam menghadapi harimau ganas, saudara kandung harus selalu kompak.