Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Buang Makanan, Masih Banyak yang Kekurangan Makan

16 Oktober 2018   13:37 Diperbarui: 16 Oktober 2018   13:42 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster World Food Days 2018 (sumber: www.jakartanewson.com)

Tahukah Anda bahwa hari ini (16 Oktober) adalah Hari Pangan Sedunia ? Tahun ini, Hari Pangan Sedunia diperingati dengan tema "#Zero Hunger World by 2030 is possible".

Bagi masyarakat zaman now, pergi berburu kuliner saat akhir pekan, adalah gaya hidup yang menunjukkan kemapanan hidupnya. Pergi mengunjungi rumah makan terkenal bersama keluarga, teman maupun relasi. Tidak cukup hanya akhir pekan, bahkan untuk makan pagi sering ada Breakfast Meeting di hotel mewah, makan siang di mall maupun makan malam di rumah makan mewah, guna menjalin hubungan baik dengan relasi bisnis.

Makin banyak makanan yang disantap, makin banyak sisa makanan yang terbuang, tentunya bila para penyantap makanan tidak menakar jumlah makanan yang dipesan.

Kadang lapar mata dan sedikit sifat rakus memicu seseorang untuk memesan makanan diluar porsi yang mampu disantapnya. Akibatnya, masih banyak sisa makanan yang tersisa di piring yang ada di atas meja. Kemana larinya sisa makanan tersebut ? Pasti ke tempat sampah rumah makan atau mall, dan selanjutnya akan makin memenuhi jumlah sampah makanan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Belum lagi bagi Anda yang gemar belanja makanan, pengaruh iming-iming diskon akan membuat naluri  belanja makin terpacu. Seharusnya membeli kue cukup 5 potong, akibat diskon akhirnya bisa membeli hingga 10 potong. Atau membeli susu cukup 5 doos, karena pengaruh diskon akhirnya membeli 10 doos. 

Akibat selanjutnya, jumlah makanan yang harus dimasukkan ke dalam kulkas di rumah makin menumpuk, karena sebelumnya kulkas juga sudah penuh. Bertumpuknya jumlah makanan di dalam kulkas berakibat munculnya makanan yang kadaluwarsa, sehingga harus dibuang, karena sudah tidak layak di konsumsi.


Sadarkah Anda bila Anda melalui kawasan kumuh yang mungkin hanya berjarak 500 meter dari tempat tinggal Anda, Anda akan menjumpai warga miskin yang masih kesulitan membeli makanan. Mungkin sehari hanya mampu makan satu kali, atau bahkan harus puasa berhari-hari, hingga mendapatkan sedikit uang untuk membeli makanan sekedarnya. Kondisi ironis antara yang Anda nikmati dan yang mereka derita, perlu menjadi perenungan yang dalam, khususnya pada hari ini, di saat kita merayakan Hari Pangan Sedunia.

Data Statistik

Dari data statistik, perlu diketahui bahwa Indonesia adalah negara pembuang sampah makanan nomor 2 di dunia. Data menyebutkan 13 juta ton makanan terbuang, yang identik dengan makanan yang seharusnya dapat dikonsumsi oleh 28 juta orang. Ironisnya, menurut data pula, 19,4 juta penduduk Indonesia masih menderita kelaparan.

Solusi Terbaik

Agar Indonesia mampu menurunkan peringkatnya dari negara pembuang sampah makanan terbanyak, perlu dicari solusi terbaik, diantaranya :

  • selalu mensyukuri bahwa Anda masih mampu menyantap makanan dengan wajar tiap hari
  • belanja makanan secukupnya catatlah kebutuhan yang diperlukan saat ingin belanja ke pasar maupun ke super market
  • bila memesan makanan di rumah makan pesanlah sesuai kesanggupan perut Anda, bukan sesuai ketebalan dompet Anda
  • bila menghadiri pesta ambillah makanan secukupnya, jangan sampai Anda menyisakan terlalu banyak sisa makanan di piring Anda.
  • bila Anda memiliki makanan berlebih berbagilah kepada tetangga Anda, atau warga di sekitar Anda yang masih kekurangan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun