Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Warak Ngendog" Itu Masih Ada

3 Juni 2018   04:03 Diperbarui: 3 Juni 2018   04:31 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warak Ngendog (sumber: Harjanto Halim)

Aku lahir dan bertumbuh di kota Semarang, Jawa Tengah. Ada sebuah festival yang selalu kuingat saat masa anak-anak dulu dan kini masih berlangsung dari tahun ke tahun.

Festival yang diadakan pada tiap bulan Ramadhan selama satu bulan penuh ini dinamakan Dugderan. Konon penamaan ini berasal dari suara bedug "dug" yang selalu ditabuh pada saat waktu buka puasa dan "der" suara meriam yang dibunyikan selama bulan puasa guna menandai waktu berbuka puasa.

Festival Dugderan yang sudah identik dengan kota Semarang ini berlokasi di Pasar Johar dan Pasar Yaik, Semarang Tengah. Pada festival ini dijual aneka mainan anak-anak, sehingga aku senang sekali saat diajak orang tua mengunjungi festival ini.

Mainan anak-anak yang banyak dijual adalah kapal-kapalan dengan bunyi khas, yang dapat berjalan diatas air. Ada pula kompor-komporan dengan wajan kecilnya, alat masak dari tanah liat, truck pasir, peluit dan lain-lain. Mainan yang khas adalah gasing bambu yang dikenal dengan nama gangsingan. Permainan ini terbuat dari bambu dengan bagian tengah ada sumbu yang saat dimainkan dililit dengan benang, lalu ditarik. Maka berputarlah gasing ini dengan mengeluarkan bunyi khas. Makin pandai memainkan gasing akan membuat gasing berputar lebih lama.

Ikon dari Festival Dugderan adalah Warak Ngendog ujudnya seperti binatang berkaki empat mirip singa dengan mulut menganga dan lidah terjulur. Tidak jelas jenis kelaminnya tetapi dilambangkan bertelur. Mainan ini terbuat dari kertas warna-warni. Setiap anak hampir dipastikan membawa pulang mainan ini setiap diajak berkunjung ke Festival Dugderan.

Selain penjual mainan karena menjelang Lebaran, tentu banyak pula penjual baju, sandal, sepatu dan kembang api. Dulu saat petasan belum dilarang juga ikut dijajakan. 

Anak-anak pasti gembira bila diajak orang tuanya, karena Festival Dugderan ini juga dilengkapi dengan permainan bianglala, ombak, komedi putar, rumah hantu, tong setan dan roaler coaster mini. Tong setan adalah permainan yang disaksikan saja, penonton melihat seorang pengendara sepeda motor yang menunjukkan keahliannya berakrobatik di dalam tong besar.

Pembukaan Festival Dugderan dari dulu hingga sekarang selalu diawali dengan prosesi karnaval dari Balaikota ke Masjid Besar Kauman. Kini jalur karnaval ditambah lagi dengan melalui Jolo Tunda hingga Masjid Agung Jawa Tengah. Pada karnaval ini ikut para seniman musik dan tari, drum band pelajar, serta Warak Ngendog Raksasa.

Tradisi Festival Dugderan selama bulan Ramadhan adalah cara unik warga kota Semarang guna menyambut datangnya bulan suci bagi umat Islam.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun