Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengusaha "Snack Bar" Bioskop Jangan Curang!

14 Maret 2018   17:59 Diperbarui: 14 Maret 2018   18:04 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Snack di Bioskop (sumber: www.lifestyle.okezone.com)

Agak terkejut saya saat mengikuti artikel-artikel tulisan beberapa Kompasianers yang secara spontan membahas tentang bioskop dan makanan selama kurun waktu dua hari 12-13 Maret 2018, kalau tidak salah hitung sudah ada lebih dari 10 artikel, baik dengan kategori Gaya Hidup maupun Hiburan. Pada dasarnya para pecinta media hiburan ingin menonton film di gedung bioskop sambil ngemil dengan harga snack bar yang memadai.

Saya juga termasuk salah satu pecinta film dan lebih senang menonton di bioskop daripada di layar televisi di rumah, selain masalah sistem tata suara, juga suasana bioskop membuat saya benar-benar fokus pada cerita film yang sedang di putar, karena gawai dinon aktifkan. Sedangkan bila menonton film di rumah, gawai otomatis masih aktif, sehingga sering terganggu oleh masuknya panggilan telepon, apalagi kalau yang memanggil boss, harus diangkat dong.

Harga Tiket

Saat ini dunia perbioskopan dipegang oleh tiga pengusaha dengan jaringan bioskop XXI, CGV dan Cinemaxx. XXI adalah jaringan bioskop terlama, disusul oleh CGV yang konon sahamnya dimiliki oleh pengusaha global, dan yang terakhir Cinemaxx dari kelompok bisnis Lippo.

Ketiga jaringan bioskop ini memiliki tiga sistem penjualan tiket. Jaringan XXI memiliki kelas XXI dan XXI Premier, XXI Premier memanjakan penonton dengan kursi yang luas dan menyediakan pengantaran makanan. Tiket XXI berkisar 25-35 ribu Rupiah pada hari Senin-Kamis, dan sedikit lebih mahal pada hari Jumat, dan akhir pekan atau hari libur nasional. Sedangkan tiket XXI Premier berkisar 60-100 ribu Rupiah, tergantung harinya. Jaringan CGV membagi bioskop dalam dua kelas Regular dan Satin. Regular mematok harga tiket 30-50 ribu Rupiah, sedangkan Satin 65-100 ribu Rupiah, tergantung hari biasa atau akhir pekan / libur nasional. Sedangkan jaringan Cinemaxx juga membagi dalam kelas Gold dan Regular, pada  kelas Reguler, dengan harga tiket mulai 30 ribu Rupiah pada hari biasa, dan meningkat ke 35 ribu pada hari Jumat dan 50 ribu pada akhir pekan atau libur nasional. 

Jaringan bioskop CGV dan Cinemaxx masih memanjakan pengunjungnya dengan beberapa program berhadiah atau diskon harga tiket, yang tidak dilakukan oleh jaringan XXI.

Harga tiket diatas pada ke tiga jaringan bioskop masih tergolong pantas untuk semua kalangan, bahkan pengusaha bioskop bisa merugi bila jumlah penonton hanya sedikit. Saya pernah menonton pada hari biasa pada jam pertunjukkan terakhir, satu bioskop hanya diisi lima orang saja. Pengusaha bioskop baru meraup untung besar saat ada film-film yang menjadi box office, sekelas Marvel. Selain jumlah penonton selalu penuh hingga antrean panjang, juga masih mendapatkan keuntungan dari penjualan merchandise.

Harga Snack Bar

Ke tiga jaringan bioskop ini juga menyandingkan acara nonton film dengan membuka Snack Bar, bahkan ada beberapa jaringan bioskop yang menyediakan meja makan, untuk memanjakan penonton agar dapat bersantap sambil menunggu jam pemutaran film. Kalau saya perhatikan harga Snack Bar pada jaringan XXI paling murah, karena satu kotak pop corn hanya dibanderol 20 ribu Rupiah dengan minuman ringan 5 ribu Rupiah. Makin besar ukuran kotak, tentu harga lebih mahal. Pada jaringan bioskop CGV dan Cinemaxx, saya mengamati harga Snack Bar jauh lebih mahal, dan ukuran kotak pop corn terbagi tiga dari standard, large dan jumbo.

Hanya saja, ada beberapa bioskop yang agak "tricky", tanpa memberitahukan secara jelas, saat penonton tiba di antrean terdepan, dan saat mau membeli kotak pop corn standard selalu dikatakan habis. Jadi, penonton karena sudah tanggung antre, terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam, untuk membeli kotak pop corn Large atau Jumbo. Seharusnya, pengusaha Snack Bar tidak boleh melakukan hal ini, dan harus menegur karyawannya bila kotak pop corn standard habis. Hal ini terjadi hampir tiap kali saya menonton, jadi bukan habis karena terlalu laris, tetapi menang karena disengaja agar penonton melakukan pengeluaran lebih besar. Yang tentunya berakibat pengusaha Snack Bar menangguk keuntungan lebih besar. Selain bermain pada ukuran kotak pop corn, sering kali mereka juga bermain pada ukuran gelas minuman ringan.

Tips Menghindari Kecurangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun