Perayaan Cap Go Meh atau hari ke 15 setelah Imlek adalah saat bulan purnama muncul pertama kali pada musim semi. Perayaan Cap Go Meh sekaligus menutup perayaan akbar yang dimulai pada perayaan Imlek.
Pada perayaan Cap Go Meh warga Tionghoa melepas lentera dengan harapan agar sepanjang tahun hidupnya akan selalu mendapat penerangan.
Perayaan Cap Go Meh dimeriahkan dengan permainan barongsay dengan tabuhan yang membahana dan membakar kembang api yang diartikan untuk mengusir roh-roh jahat.
Selain itu keluarga diwajibkan untuk menyantap makanan yang lengket, padat dan manis, agar hubungan keluarga selalu erat, bersatu selalu beruntung dan memberikan kehidupan yang manis sepanjang tahun.
Makanan yang wajib disantap saat perayaan Cap Go Meh dikalangan bangsa Tionghoa di seluruh dunia adalah Yuan Xiao, atau wedang ronde. Bulatan ronde dibuat dari tepung ketan, yang disajikan dengan air jahe manis hangat.
Ronde ada yang didalamnya berisi kacang, biasanya ukurannya lebih besar, ada pula yang tanpa isi. Yuan Xiao melambangkan makanan yang padat, lengket dan manis, tujuannya agar mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun yang baru.
Akulturasi warga Tionghoa dengan warga lokal di pulau Jawa, mengadopsi makanan padat berupa lontong, yang bentuknya panjang yang memaknai panjang umur. Lontong disantap bersama telur yang melambangkan keberuntungan, santan berwarna kuning karena pemakaian kunyit juga melambangkan kekayaan warnanya menyerupai emas.
Dari pemaknaan simbol-simbol pada makanan inilah maka Lontong Cap Go Meh kini dilestarikan sebagai salah satu menu pada perayaan Cap Go Meh khususnya bagi warga Tionghoa di pulau Jawa agar mendatangkan keberuntungan sepanjang tahun.
Jadi makanan merupakan metafora dari doa, harapan dan rasa syukur. Bukan sekedar membuat kenyang bagi yang menyantapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H