Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melanglang Rasa Nostalgia di Cikini

13 Maret 2017   16:46 Diperbarui: 14 Maret 2017   04:00 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski resto jadoel dan kecil, namun cukup mengikuti jaman, dengan melakukan komputerasi pada kasir, menerima pembayaran non tunai dan tersedia wifi. Buka dari jam 10.00-17.00.

Saya sekarang beralih menyusuri deretan nomor genap jalan Cikini IV yang sebagian terletak di bawah lintasan rel kereta api. Disini saya menjumpai Mie Gondangdia yang sudah eksis sejak 1968. Pendirinya Toe Wah Seng. Makanan khas rumah makan ini adalah Mie Ayam, dengan mie buatan sendiri yang lembut yang merupakan diferensiasi dibanding mie ayam lainnya. Kini semangkok mie ayam polos, tanpa bakso dan pangsit dibanderol 24 ribu Rupiah.

Mie Ayam Gondangdia (Dokpri)
Mie Ayam Gondangdia (Dokpri)
Sekarang ruangan rumah makan sudah ber AC, meski kipas angin tetap difungsikan dan di halaman rumah disediakan untuk perokok. Waiters sudah berseragam kaus hijau dengan celana panjang hitam. Buka dari jam 9-22 di jalan Cikini IV no. 12A.  Di halaman depan ada seorang pedagang Es podeng yang dengan rajin menawarkan dagangannya kepada setiap pengunjung. Es podeng seharga 10 ribu Rupiah ini berupa: potongan roti tawar, ketan hitam dan pacar cina ditumpangi es puter lembut, lalu diberi topping kacang tanah yang disangrai dan coklat.

Satu rumah dari Mie Gondangdia, terdapat Nasi uduk Gondangdia yang mulai buka sejak 1993, namun saya lewati karena ingin mencicipi kuliner resto Jepang pertama di Jakarta dan di Indonesia, yakni Kikugawa (1969). Sayangnya saya datang terlalu sore, resto Jepang itu belum buka, karena baru buka jam 17.30 menurut penjaga keamanan yang saya jumpai.

Di kawasan Cikini ini juga terdapat  Perusahaan sirup Sarangsari d/h De Friesche Boerin, dan toko roti Tan Ek Tjoan jalan Cikini Raya 61, saya lupa memastikan apakah toko roti jadoel ini masih buka, namun saya menemui dua gerobak roti Tan Ek Tjoan di jalan Cikini Raya.

Roti Tak Ek Tjoan (Dokpri)
Roti Tak Ek Tjoan (Dokpri)
Catatan bagi Anda yang ingin menuju kawasan Cikini dapat menggunakan jasa transportasi bis dari terminal Senen atau Commuter Line dari stasiun Gondangdia.

Selamat ber nostalgia, menikmati kuliner yang mungkin menjadi santapan oma-opa, kakek-nenek atau ayah-ibu Anda saat pacaran dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun