Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melanglang Rasa Nostalgia di Cikini

13 Maret 2017   16:46 Diperbarui: 14 Maret 2017   04:00 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah puluhan tahun tinggal di kota satelit pendukung ibukota NKRI Jakarta. Tentunya saat pertama-tama hijrah ke ibukota, sangat kenal benar dengan makanan-makanan khas saat itu. Tanpa sengaja, kemarin saya berhasil napak tilas beberapa kuliner jadoel Jakarta, yang masih eksis hingga hari ini, meski sudah berganti pengelola ke generasi berikutnya. Karena waktu yang singkat dan mendung yang menggantung, akhirnya hanya menyambangi kuliner jadoel di kawasan Cikini saja. Nanti bila ada kesempatan di lain waktu, akan dikunjungi kuliner jadoel yang letaknya agak terpisah.

Kuliner Legendaris

Mengawali perjalanan berburu kuliner jadoel di kawasan Cikini, saya mulai dengan memarkir mobil di pelataran parkir Taman Ismail Mazuki (TIM), jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Disini saya langsung mengunjungi Soto Betawi H. Ma'ruf. Rumah makan sederhana ini melegenda gara-gara Soto Betawi yang dijualnya sejak 1940.

Bentuk rumah makan masih sama sejak dulu. Meja makan kotak dengan kursi berlapis kain merah. Meski sudah ber AC, masih setia memfungsikan kipas angin jadoel. Sebagai pajangan di dinding resto terdapat kliping artikel di beberapa koran (Varia, Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Kompas) dan yang terbaru foto Presiden Jokowi dan Ibu Negara Riana serta Wapres Jusuf Kalla saat bersantap disana.

Rumah makan ini telah mengembangkan bisnisnya dengan membuka dua cabang di Jl. Gondangdia Lama no 36A, Menteng dan Vanilla Cafe Gedung MNCTV.

Soto Betawi (Dokpri)
Soto Betawi (Dokpri)
Semangko Soto Betawi daging atau campur jeroan dibandrol 38 ribu Rupiah. Rasanya masih tetap sama, dengan ciri khasnya daging sapinya digoreng dulu, sebelum disiram kuah santan, dan ditaburi emping. Untuk menarik pelanggan, disediakan menu baru Laksa Betawi seharga 23 ribu Rupiah.

Bonbin

Melewati pintu gerbang TIM, saya berjalan kaki menyusuri jalan Cikini Raya, setelah melewati kolam renang Cikini, tibalah di jalan Cikini IV. Saya menghampiri sebuah warung sederhana yang menjual pempek, tetapi saya membeli ice cream disitu.

Ice cream Tjanang d/h Tjan Njan, yang sudah melegenda sejak 1951 dengan berbagai pilihan rasa, saya pilih nougat seharga 13 ribu Rupiah per cup.

Perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan dengan nomor ganjil, tibalah di Gado-gado Bonbin, Cikini IV No. 5. Warung minimalis yang bisa menampung sekitar 50 kursi ini dikelola sepasang oma-opa, yang ternyata generasi ke dua pemilik rumah makan legendaris ini. Dinamai Bonbin, karena dulunya kawasan TIM adalah sebuah kebun binatang, dan buka sejak 1960.

Gado-Gado (Dokpri)
Gado-Gado (Dokpri)
Saya mencoba Gado-Gado yang melegenda, merupakan campuran lontong, kentang, timun, taoge, kacang panjang, bayam, tahu, telur disiram sambel kacang tanah sangrai yang lembut, di atasnya ditambahkan emping dan kerupuk udang, harganya 33 ribu Rupiah + tax. Menu lain yang tersedia: lontong cap go meh yang dikenal sebagai lontong rames, nasi rames, asinan, ayam goreng kampung, mie ayam, mie bakso, dan mie pangsit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun