Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Berkaca pada Ragamnya Rumah Ibadah di Cilincing, Jakarta Utara

2 Agustus 2016   11:44 Diperbarui: 2 Agustus 2016   18:33 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vihara Lalitavistara (Dok: Jakarta Food Adventure)

Kawasan pesisir sebagian besar penduduknya sangat bergantung dengan laut dan perikanan. Rata-rata tipikal manusianya keras karena mereka harus hidup dengan beban pekerjaan yang keras, terkena terik matahari di musim kemarau dan bayah kuyup di musim hujan, mengandalkan fisik sehingga bersimbah keringat. Namun di balik kekerasan wataknya, tersimpan sikap terbuka, mereka dengan mudah menerima perkembangan baru. Itulah sebabnya, daerah pesisir yang paling banyak menjadi tempat singgah para pendatang, dan penyebar agama, karena mereka dapat dengan mudah berbaur dengan masyarakat pesisir.

Di kawasan Cilincing, Anda dapat menjumpai wujud keharmonisan beragama di masyarakat pesisir. Tidak lebih dari radius 1 kilometer, Anda dapat menyaksikan Mesjid, Gereja, Pura, Vihara dan Klenteng berdiri berdekatan dengan rumah penduduk. Sebuah pemandangan yang sangat tepat untuk menjadi bukti kesatuan dan kebhinnekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dapat hidup berdampingan meski berbeda.

Pura Segara

Pura Segara berada di kawasan yang menyatu dengan krematorium Cilincing, satu-satunya krematorium di Jakarta. Krematorium adalah tempat kremasi atau pembakaran jenazah. Menurut asal muasalnya, Pura Segara didirikan di dekat Krematorium Cilincing dengan alasan memudahkan warga Hindu untuk melakukan Ngaben (pembakaran jenazah) dengan pembakaran yang masih menggunakan kayu bakar (bukan oven). Alasan lainnya, dekat laut, karena laut merupakan sumber dari kehidupan bagi manusia pada umumnya dan umat Hindu pada khususnya.

Pura Segara (Dok: Jakarta Food Adventure)
Pura Segara (Dok: Jakarta Food Adventure)
Dengan memiliki Pura di dekat laut, umat Hindu di Jakarta dan sekitarnya dapat melaksanakan upacara Melasti, yang merupakan upacara penyucian diri menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka. Pada proses Melasti, umat Hindu selain berdoa juga sekaligus melakukan pembersihan hati. Disimbolkan dengan pemercikan air suci dari pemuka agama kepada umat yang sedang berdoa dan pemberkatan pada hasil alam yang disebut sesajen bumi. Sesajen bumi ini kemudian diarak dari Pura menuju ke tengah laut.

Pura Segara terbuka untuk umum, hanya ada pantangan bagi wanita yang sedang mendapatkan haid, dilarang memasuki Pura, serta para tamu wajib berpakaian sopan dan pantas, atau harus menutupi dengan kain sarung bila ingin memasuki Pura.

Masjid Al-Alam

Syiar agama Islam di pesisir pulau Jawa pada abad ke 15 juga meninggalkan peninggalan berupa sebuah masjid di kawasan Cilincing, yakni Masjid Al-Alam yang dibangun pada 1525 dan didirikan oleh Sultan Fatahillah. Arsitektur Mesjid Al-Alam Cilincing ini serupa dengan arsitektur Masjid Demak, yakni tanpa memiliki kubah dan menara. Pada bagian atas tanpa plafon hanya ditutupi anyaman bambu, sedangkan di bagian luar atapnya berupa limas berbahan genteng, dengan ujungnya dipasangkan berbentuk mahkota raja.

Masjid Al-Alam Cilincing (Sumber: www.kebudayaanindonesia.net)
Masjid Al-Alam Cilincing (Sumber: www.kebudayaanindonesia.net)
Masjid Al-Alam Cilincing terletak di Cilincing Lama RT 005 RW 05 Kelurahan Cilincing Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara. Bagian utara, selatan dan baratnya bersebelahan dengan rumah penduduk, hanya bagian timur yang berbatasan dengan sungai.

Masjid dengan lima pintu masuk ini memiliki bedug yang sebagian kulitnya sudah koyak dan kentongan kayu yang ditopang oleh empat kayu penyangga. Dan memiliki empat serambi, khusus serambi di bagian utara ditopang oleh sebelas tiang. Sedangkan ruang utama masjid memiliki empat tiang, mimbar dan mihrab. Pada salah satu sudut masjid terdapat papan bertuliskan “Wasiat Sunan Gunung Jati: Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin” (Saya titipkan masjid dan fakir miskin).

Di dekat Mesjid Al-Alam Cilincing terdapat sebuah mesjid dengan nama yang sama dan lebih kondang yakni Masjid Al-Alam Marunda yang dikenal dengan nama Masjid Si Pitung, karena menurut legenda sering menjadi tempat persembunyian Pitung dari kejaran tentara Belanda. Maasjid Al-Alam Marunda dibangun pada tahun 1640 dan memiliki sumur yang airnya disebutkan sangat berkhasiat untuk penyembuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun