Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kekhasan Baduy, Antara Mempertahankan Adat dan Mengantisipasi Kemajuan

22 Maret 2016   17:09 Diperbarui: 23 Maret 2016   13:02 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Welcome to Ciboleger (Foto: Sugianto Widjaja)"][/caption]Baru saja kita dikejutkan dengan demonstrasi para sopir taksi konvensional yang menuntut ditutupnya taksi dengan aplikasi. Masih segar dalam ingatan kita, runtuhnya dua raksasa teknologi Nokia dan Blackberry yang tidak sanggup mengantisipasi perubahan bisnis dengan cepat, Juga puluhan toko buku  maupun toko komputer konvensional dan media cetak, yang tergerus oleh online-store dan media online.

Dalam kasus diatas teknologi dan perubahan (change) telah memaksa manusia untuk berubah. Di sisi lain, Indonesia ternyata juga memiliki kearifan lokal yang masih dengan setianya mempertahankan adat istiadat yang dipeliharanya sejak dulu kala. Salah satunya oleh suku Baduy di pegunungan Kendeng, provinsi Banten. Bahkan teknologi yang kita anggap kuno, belum pernah mereka sentuh, misalnya listrik, peralatan bangunan maupun pendidikan sekolah.

Memang sebagian Baduy, yakni Baduy Luar sudah mulai mau berinteraksi dengan kebudayaan luar, mereka sudah mulai mengenal sekolah bagi anak-anaknya. Namun Baduy Dalam masih dengan kuat memegang tradisinya, bahkan tidak sembarang orang boleh memasuki kawasan hunian mereka.

Untuk mempelajari budaya Baduy juga tidak mudah, karena mereka cenderung tertutup dalam memberikan informasi kepada pihak luar. Bahkan bila Anda datang berombongan, mereka tampak kurang simpati, karena merasa dirinya dijadikan obyek tontonan. Jadi, sebaiknya bila ingin berkunjung ke Baduy, bentuklah rombongan kecil 3-5 orang, agar tidak terlalu menyolok. Untuk menikmati kearifan lokal Baduy dan pemandangan kawasan yang ditinggali Baduy, hanya diperlukan waktu 2 hari / 1 malam.

Petunjuk menuju daerah Baduy

Untuk menuju daerah Baduy tidak terlalu sulit, dari Jakarta Anda dapat menggunakan bis dari terminal Kampung Rambutan atau Kalideres menuju terminal Mandala - Rangkasbitung, atau menggunakan kereta api Rangkas Jaya dari stasiun Tanah Abang. Dari stasiun bisa langsung menuju terminal Aweh, atau bila angkutan kota jarang, Anda dapat menuju terminal Mandala dulu. lalu menyambung dengan kendaraan darat lainnya. Atau Anda bisa juga  membawa kendaraan sendiri dari Jakarta, melalui tol Jakarta-Merak menuju Rangkas Bitung – Ciboleger, dan memarkir kendaraan di terminal Ciboleger.

Memang waktu perjalanan agak lama kira-kira 6 (enam) jam, hingga tiba di terminal akhir yang langsung  merupakan perbatasan antara perkampungan biasa dengan perkampungan Baduy, yakni terminal Ciboleger. 

Setelah istirahat sejenak..mulailah perjalanan memasuki perkampungan Baduy dengan jalan kaki, sepanjang jalan Anda akan melihat  kios-kios kerajinan Baduy yang dijual oleh warga, ada sekitar. dua ratusan meter deretan kios tersebut, lalu masuklah Anda ke perjalanan yang sesungguhnya. Naik bukit dan jalan kaki di jalan tanah atau bebatuan. awalnya ketemu bukit, lalu ladang-ladang Baduy Luar.  

Bila Anda tiba di terminal Ciboleger sudah menjelang malam, Anda dapat menginap di rumah makan Ibu Yati atau rumah singgah dengan fasilitas seadanya, dan membayar secara suka rela.

Baduy Luar

Desa Ciboleger adalah desa terakhir yang bisa dicapai oleh kendaraan umum dari Pandeglang, setelah itu adalah wilayah Baduy Luar. Untuk memasuki kawasan Baduy, Anda harus melapor kepada Jaro Pulung, seorang penghubung antara dunia luar dengan dunia Baduy, atau Jaro Daenah suatu sebutan untuk jabatan yang setara dengan Lurah.

[caption caption="Jaro Daenah, pemuka adat (Sumber: www.vebidoo.de)"]

[/caption]Nama suku Baduy berasal dari nama sungai yang melintas di kawasan suku Baduy yakni sungai Cibaduy, daerah kawasan suku Baduy meliputi Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana. Suku Baduy Luar sudah banyak berinteraksi dengan suku-suku lain, khususnya suku Sunda. Suku Baduy Luar sering disebut dengan istilah Urang Panamping dan gemar mengenakan busana berwarna hitam.

Mereka tinggal di dalam rumah yang didirikan di atas batu dengan atap dedaunan. Baduy Luar sudah mengenal sekolah, sehingga sudah dapat membaca dan menulis. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Yang mereka tanam padi dan kelapa, sehingga menghasilkan beras dan gula aren. Selain itu mereka senang mengayam kulit kayu untuk menjadi tas yang dikenal dengan sebutan tas koja.

Hingga saat ini masih cukup sulit atau hampir tidak mungkin bagi orang luar, dapat masuk ke Baduy Dalam. Baduy Luar dan Baduy Dalam dipisahkan oleh jembatan bambu. Baduy Dalam terisolir sekali, tidak ada listrik, tidak perlu uang, dan tidak ada sekolah. Orang luar yang mau masuk ke Baduy Dalam harus ada izin dari Jaro, sebutan untuk pemimpin adat. Tidak boleh membawa kamera. Bahkan ada ketentuan tidak tertulis, bahwa orang asing dan dari keturunan Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid dilarang untuk masuk ke wilayah Baduy Dalam. 

Saat ini kawasan yang sudah terbuka adalah kawasan Baduy Luar, Anda dapat berjalan hingga mencapai Gajeboh, yang sudah termasuk perbatasan menuju Baduy Dalam. Masuk Baduy Dalam memang tidak mudah, harus ada pemandu  orang Baduy  dan sama sekali tidak boleh mengambil gambar / foto.

[caption caption="Gajeboh, perbatasan Baduy Luar dan Baduy Dalam (Foto : Sugianto Widjaja)"]

[/caption]

Baduy Dalam

Suku Baduy Dalam tinggal di hutan dan belum terpengaruh budaya luar. Untuk masuk ke kawasan Baduy Dalam sangat sulit, dan harus mendapat izin khusus dari tetua adat. Salah satu pantangan utama adalah dilarang membawa kamera. Ciri khas suku Baduy Dalam berbusana lengan panjang berwarna putih dengan ikat kepala berwarna putih, busana ini disebut jamang sangsang, serta selalu membawa golok. Golok ini bukan sebagai senjata untuk berkelahi, karena Baduy Dalam sangat cinta damai, golok diperuntukkan untuk menebang kayu.

Suku Baduy Dalam membuat pakaian tanpa dijahit dan tanpa kancing, tidak pernah membawa uang, sehingga kemana-mana mereka selalu berjalan kaki, tanpa alas kaki dan tidak pernah naik kendaraan. Penghubung antar daerah hanya berupa jembatan bambu, dengan cara mengaitkan batang bambu pada dua batang pohon besar, lalu diikat dengan ijuk tanpa menggunakan paku. Belum mengenal listrik dan peradaban dunia luar lainnya.

Warga asing dilarang masuk, bila sampai ada warga asing yang berhasil menyelundup masuk, berarti terjadi petaka bagi suku Baduy Dalam.  Guna melepas pamali atau kuwalat yang telah terjadi mereka harus mengadakan ritual pembersihan diri. Suku Baduy Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda, dengan aksara Hanacaraka serta memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan, campuran animisme, Hindu dan Budha.

Satu hal yang cukup mengejutkan, Baduy Dalam telah mengenal pola pertukaran tempat tinggal (home exchange), jadi jangan terkejut, bila tiba-tiba sahabat Baduy Dalam Anda, sudah menapakkan kaki di halaman rumah Anda, mengetuk pintu rumah Anda, dan siap tinggal di rumah Anda.

Tips ke Baduy 

Anda berminat ke Baduy ? Sebelum berwisata ke sana, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan diketahui, yakni:

1. Ketika akan berwisata ke Baduy, perlu mempersiapkan fisik. Karena dari desa Ciboleger, Anda harus jalan kaki menuju perkampungan suku Baduy. Bila ingin menuju ke Baduy Dalam, Anda harus jalan kaki dan naik turun bukit.

 2. Persiapkan obat dan perlengkapan lainnya karena di kawasan Baduy  Anda sangat jauh dari kehidupan modern, sangat susah bahkan tidak ada warung-warung, khususnya di Baduy Dalam.

 3. Perisiapkan baju hangat atau jaket ketika akan menginap di Baduy, karena perkampungan Baduy memiliki ketinggian di atas 500 meter dari atas permukaan laut. Kantong tidur pun boleh dibawa untuk membantu menghangatkan badan ketika tidur pada malam hari.

 4. Waspada terhadap percaloan di Terminal Ciboleger, Anda harus sudah memiliki satu nama pemandu yang dituju, kalau tidak, maka calo-calo itu akan menggiring Anda ke tempat kelompok mereka.

 5. Siap bertoleransi yang tinggi karena Anda harus menghormati dan mematuhi peraturan adat yang berlaku pada masyarakat Baduy.   Seperti dilarang membawa tape recorder atau radio, dilarang membawa gitar, tidak diperbolehkan membawa senapan angin, dilarang menangkap atau membunuh binatang, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, tidak meninggalkan api di hutan, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, dan tidak melanggar norma susila.

6. Ada waktu Anda dilarang mengunjungi Baduy yaitu pada bulan Kawalu (masa panen tiga bulan berturut-turut pada bulan Februari hingga April), Baduy Dalam ditutup sama sekali untuk semua orang luar, Anda hanya diizinkan ke kawasan Baduy Luar saja.

 7. Warga Asing (terutama bangsa kulit putih) sama sekali tidak diperkenankan masuk ke wilayah Baduy

 8. Persiapkan seorang pemandu asli Baduy Dalam, bila ingin masuk ke kawasan Baduy Dalam

 

Keunikan pola isolasi dan ketaatan warga Baduy terhadap.adat istiadat adalah nilai lebih yang patut Anda hormati dan ikut menjaganya. Namun mempertahankan keutamaan adat sebuah entitas etnik bukanlah perkara yang mudah. Dewasa ini, modernisasi dan perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi pola hidup Baduy, khususnya Baduy Luar. Sampai kapankah kearifan lokal ini dapat dipertahankan ? Anda yang akan menjadi saksi sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun