[caption caption="Jaro Daenah, pemuka adat (Sumber: www.vebidoo.de)"]
Mereka tinggal di dalam rumah yang didirikan di atas batu dengan atap dedaunan. Baduy Luar sudah mengenal sekolah, sehingga sudah dapat membaca dan menulis. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Yang mereka tanam padi dan kelapa, sehingga menghasilkan beras dan gula aren. Selain itu mereka senang mengayam kulit kayu untuk menjadi tas yang dikenal dengan sebutan tas koja.
Hingga saat ini masih cukup sulit atau hampir tidak mungkin bagi orang luar, dapat masuk ke Baduy Dalam. Baduy Luar dan Baduy Dalam dipisahkan oleh jembatan bambu. Baduy Dalam terisolir sekali, tidak ada listrik, tidak perlu uang, dan tidak ada sekolah. Orang luar yang mau masuk ke Baduy Dalam harus ada izin dari Jaro, sebutan untuk pemimpin adat. Tidak boleh membawa kamera. Bahkan ada ketentuan tidak tertulis, bahwa orang asing dan dari keturunan Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid dilarang untuk masuk ke wilayah Baduy Dalam.Â
Saat ini kawasan yang sudah terbuka adalah kawasan Baduy Luar, Anda dapat berjalan hingga mencapai Gajeboh, yang sudah termasuk perbatasan menuju Baduy Dalam. Masuk Baduy Dalam memang tidak mudah, harus ada pemandu  orang Baduy  dan sama sekali tidak boleh mengambil gambar / foto.
[caption caption="Gajeboh, perbatasan Baduy Luar dan Baduy Dalam (Foto : Sugianto Widjaja)"]
Baduy Dalam
Suku Baduy Dalam tinggal di hutan dan belum terpengaruh budaya luar. Untuk masuk ke kawasan Baduy Dalam sangat sulit, dan harus mendapat izin khusus dari tetua adat. Salah satu pantangan utama adalah dilarang membawa kamera. Ciri khas suku Baduy Dalam berbusana lengan panjang berwarna putih dengan ikat kepala berwarna putih, busana ini disebut jamang sangsang, serta selalu membawa golok. Golok ini bukan sebagai senjata untuk berkelahi, karena Baduy Dalam sangat cinta damai, golok diperuntukkan untuk menebang kayu.
Suku Baduy Dalam membuat pakaian tanpa dijahit dan tanpa kancing, tidak pernah membawa uang, sehingga kemana-mana mereka selalu berjalan kaki, tanpa alas kaki dan tidak pernah naik kendaraan. Penghubung antar daerah hanya berupa jembatan bambu, dengan cara mengaitkan batang bambu pada dua batang pohon besar, lalu diikat dengan ijuk tanpa menggunakan paku. Belum mengenal listrik dan peradaban dunia luar lainnya.
Warga asing dilarang masuk, bila sampai ada warga asing yang berhasil menyelundup masuk, berarti terjadi petaka bagi suku Baduy Dalam. Â Guna melepas pamali atau kuwalat yang telah terjadi mereka harus mengadakan ritual pembersihan diri. Suku Baduy Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda, dengan aksara Hanacaraka serta memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan, campuran animisme, Hindu dan Budha.
Satu hal yang cukup mengejutkan, Baduy Dalam telah mengenal pola pertukaran tempat tinggal (home exchange), jadi jangan terkejut, bila tiba-tiba sahabat Baduy Dalam Anda, sudah menapakkan kaki di halaman rumah Anda, mengetuk pintu rumah Anda, dan siap tinggal di rumah Anda.
Tips ke BaduyÂ