Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Disini Kubelajar Mengenai Sejarah Palembang

2 September 2015   21:45 Diperbarui: 2 September 2015   21:45 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum adalah sarana belajar yang memadai, singkat tapi mendalam. Terletak setelah Benteng Kuto Besak, diseberang sungai Musi adalah Museum Sultan Badaruddin II yang merupakan hasil renovasi dari bangunan asli yang pernah terbakar di era penjajahan Belanda. Bangunan ini asalnya adalah tempat pemerintahan atau keraton Sultan Mahmud Badaruddin I, dengan nama Keraton Kuto Lamo. Keraton ini dibangun tanpa kayu namun dengan batu bata, hanya ornamen didalamnya yang menggunakan kayu, seperti daun pintu dan jendela.

Di dalam museum ini terdapat lebih dari 500 koleksi benda bersejarah, mulai dari batu zaman purba, peninggalan kerajaan Sriwijaya, peta sejarah kedatangan Laksamana Cheng Hoo, kerajinan songket, senjata, pelaminan, baju pengantin, hingga pangkeng (tempat tidur).

Koleksi museum ini mulai dari benda arkeologi, etnografi, biologi, seni dan mata uang. Juga terdapat foto-foto yang menunjukkan replika sisa sejarah mulai dari prasasti, patung-patung, serta peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Bila Anda ingin memiliki cindera mata asli Palembang, dapat dibeli di ruangan depan museum ini. Di bagian depan museum ini terdapat prasasti tertua, yakni Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Boom Baru, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu dan Arca-Arca. Anda diperkenalkan pula pada tiga jenis rumah adat Palembang, yakni Rumah Rakit, Rumah Limas dan Rumah Panggung.

Prasasti yang paling diminati adalah Prasasti Telaga Batu yang bernetuk tujuh ular kobra di bagian atas, sedang di bagian bawah berbentuk pancuran kecil. Mitos prasasti ini dulu sering digunakan untuk menguji kejujuran seseorang, bila terjadi sengketa, orang yang dicurigai harus meminum air dari pancuran itu, bila tidak bersalah orang akan tetap hidup, sedangkan bila bersalah akan meninggal dunia. Juga untuk menguji kesetiaan punggawa pengawal raja, bila ada niat berkhianat, setelah minum air pancuran akan meninggal dunia.

Masuk ke dalam yang disebut sebagai ruangan ke dua, menyimpan koleksi sejarah aksara yang pernah digunakan yaitu Pallawa, Kaganga, Melayu dan Latin. Jenis-jenis songket khas Sumatera Selatan, senjata tradisional hingga meriam.

Masuk lebih ke dalam, Anda masuk ke ruangan ke tiga yang menyimpan koleksi lemari dengan ukiran khas Palembang, dengan ciri khas bunga melati, teratai dan pakis rusa. Ke tiga bunga itu merupakan pengaruh agama Buddha yang dianut Kerajaan Sriwijaya. Dengan masuknya agama Islam, mulai ada ukiran kaligrafi dengan tiga tanduk pada ujungnya yang melambangkan air suci: air hujan, air laut dan air sungai.

Ruangan ke empat menyimpan koleksi mata uang dari mulai era Belanda hingga uang sekarang, kerajinan tangan dan ukiran. Sedang peralatan tenun, dapur, pernikahan disimpan di ruangan ke lima.

Pelaminan, kamar tidur pengantin dan busana pengantin ditempatkan di ruangan ke enam. Ruangan terakhir memajang foto makanan khas Palembang: pempek, tekwan, model, burgo, laksan dan lain-lain.

Jam berkunjung museum :
Senin - Kamis 08.00-16.00 WIB
Jumat 08.00-11.30 WIB
Sabtu-Minggu 09.00-16.00 WIB

Alamat:
Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II No.2, Kelurahan 19 Ilir, Palembang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun