Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Emotional Intelligence, Antara Sekolah "Knowing" vs Sekolah "Being"

7 Juli 2015   19:28 Diperbarui: 7 Juli 2015   19:28 2864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia menjawab pertanyaan saya dengan hati-hati..... "It's all happened because of The Education System."

Wah.. bukan main kagetnya saya mendengar jawaban teman saya. Apa hubungan menyeberang jalan sembarangan dengan sistem pendidikan?


💊

Dia melanjutkan penjelasannya. Di dunia ini ada dua jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yang hanya menjadikan anak-anak kita menjadi mahluk “Knowing” atau sekedar tahu saja, sedangkan yang lainnya sistem pendidikan yang mencetak anak-anak menjadi mahluk “Being”.

Maksudnya....?

Ada sekolah hanya bisa mengajarkan banyak hal untuk diketahui para siswa. Sekolah begitu tidak mampu membuat siswa mau melakukan apa yang diketahui sebagai bagian dari kehidupannya. Anak-anak tumbuh hanya menjadi “Mahluk Knowing”, sekadar "mengetahui" bahwa:
- zebra cross adalah tempat menyeberang,
- tempat sampah adalah untuk menaruh sampah

Tetapi mereka tetap menyeberang dan membuang sampah sembarangan.

Sekolah semacam ini biasanya mengajarkan  banyak sekali mata pelajaran. Tak jarang membuat para siswanya stress dan mogok sekolah. Segala macam diajarkan dan banyak hal yang diujikan. Tetapi tak satu pun dari siswa menerapkannya setelah ujian. Ujiannya pun hanya sekedar tahu. “Knowing”.

Di Eropa, jelas teman saya, sistem pendidikan benar-benar diarahkan untuk mencetak manusia-manusia yang :
- tidak hanya tahu apa yang benar dan salah tetapi ....
- mau melakukan apa yang benar sebagai bagian dari kehidupannya.

Di negara kami...., kata dia pula, anak-anak hanya diajari tiga mata pelajaran pokok. Basic Sains, Basic Art, dan Social.

Dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus vs kejadian nyata di seputar kehidupan mereka. Sehingga mereka tidak hanya tahu, tapi juga mau menerapkan ilmu yang diketahui dalam keseharian hidupnya. Anak-anak ini juga tahu persis alasan mengapa mereka mau atau tidak mau melakukan sesuatu.

Cara ini mulai diajarkan pada anak sejak usia mereka masih sangat dini agar tersusun sebuah kebiasaan yang kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk “Being”. Yakni manusia-manusia yang melakukan apa yang mereka tahu benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun