Gorontalo sebagai kota pelabuhan, banyak menjadi tempat persinggahan berbagai bangsa. Salah satu bangsa perantau yang singgah bahkan menetap adalah bangsa Arab. Sejumlah bangsa Arab yang merantau merupakan keturunan Arab Hadramaut yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, pada umumnya mereka hidup bersama di perkampungan Arab.
Asal Muasal Bangsa Arab di Gorontalo
Mereka adalah kelompok Alawi atau Alawiyyin yang berkiblat pada Jamiat al-Keir dan kelompok Qabil yang dikenal sebagai kelompok Syekh atau Masyaikh atau Irsyadi yang merupakan pengikut aliran al-Irsyad. Inilah yang menjadi cikal bakal beranak pinaknya bangsa Arab di kota Gorontalo. Bangsa Arab mudah beradaptasi dengan masyarakat Gorontalo yang mayoritas beragama Islam, karena mereka dapat aktif dalam bidang keagamaan Islam di kota yang dijuluki Serambi Medinah.
Menjelang Idul Fitri atau tepatnya di tanggal 27-30 bulan Ramadhan diadakan festival bernuansa keagamaan Islam yang disebut Tumbilotohe. Yang paling ramai diadakan di daerah Tanggi Da'a, jalan Dua Susun, jembatan Talumolo dan jalan Bali. Tumbilotohe artinya menyalakan lampu atau malam hari pasanglah lampu. Festival ini menandai berakhirnya bulan Ramadhan, dilaksanakan menjelang magrib hingga pagi hari selama 3 malam terakhir sebelum hari raya Idul Fitri.
Selain menyalakan lampu, ada kalanya diselingi penyalaan meriam bambu (bunggo) dan menghias kerangka pintu gerbang (alikusu).
Saat ini bangsa Arab di Gorontalo dikenal memegang peranan penting  di perdagangan tekstile.
Rumah Makan Arab
Tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi kawasan Arab di Gorontalo yaitu di jalan Diponegoro yang lebih dikenal sebagai jalan Panigoro. Di jalan ini terdapat beberapa rumah makan Arab. Salah satu yang sempat penulis kunjungi adalah rumah makan Diva.
[caption id="attachment_383293" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Makan Diva - Gorontalo"][/caption]
Tergolong rumah makan sederhana, tanpa interior yang mencolok, tanpa pendingin ruangan, meja makan ditempatkan dua bagian, bagian umum dan bagian khusus yang lebih menjamin privasi seperti untuk rapat atau acara keluarga.
Yang menarik, pemiliknya dengan ramah langsung menyambut tamu yang datang. Berbaju koko dan bersarung dengan kopiah khas Arab. Rumah makan ini dijalankan Hamid bersama isterinya dengan dibantu beberapa karyawan yang membantu di dapur maupun melayani tamu.