Meski sudah sekian puluh tahun memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dikeluarkan oleh Pemprov Banten, jujur saya belum begitu mengenal kuliner khas Banten. Karena saya lebih banyak berinteraksi, bekerja maupun makan di Jakarta, jadi hanya tempat tinggal saja di daerah Banten. Itupun disebabkan dulunya sebagian daerah yang dulu dikenal sebagai wilayah Jakarta Selatan, dipisahkan dan menjadi wilayah provinsi Banten.
Pada suatu malam, saya mampir untuk makan malam di pasar modern Serpong, dan saya tertarik pada sebuah spanduk bertuliskan "Warung Rabeg, Kuliner Khas Banten". Maka rasa penasaran saya memaksa saya untuk memasuki warung tersebut dan langsung melihat daftar menu yang tersedia. Ternyata warung itu memang mengkhususkan diri menjajakan rabeg, dengan dua pilihan daging kambing atau sapi. Karena saya tidak mau kesehatan saya terganggu, maka saya memilih daging sapi saja.
Menurut cerita penjualnya, rabeg lebih enak dengan daging kambing, masakan ini sering menjadi pilihan saat Idul Adha, saat masyarakat mendapatkan pembagian daging kambing, sering kali diolah menjadi rabeg, selain sate kambing tentunya. Rabeg mulai dipopulerkan di daerah Cibeber, Serang, Provinsi Banten. Pada mulanya menjadi santapan di kalangan istana keraton Banten, namun sekarang sudah menjadi santapan masyarakat umum, dan sering dihidangkan pada pesta-pesta atau acara selamatan atas kelahiran anak (aqiqah).
Apa sih rabeg itu ? Rabeg adalah masakan berbahan dasar daging kambing, bebek atau sapi dan berkuah seperti semur, tapi berbeda karena citra rasanya yang pedas. Rasa pedasnya unik, kuahnya berwarna coklat. Campuran air murni dan bumbu rempah yang menghangatkan tubuh dan konon dapat menurunkan kandungan lemak.
Bumbu rempah yang terkandung dalam kuah rabeg meliputi lengkuas, jahe, biji palam, cabai rawit, lada putih, batang sereh, daun salam, bawang merah dan bawang putih. Untuk memberikan warna coklat, dapat digunakan gula merah atau kecap.
Potongan dagingnya juga berbeda dengan semur, kalau semur biasanya dagingnya sudah dipotong tipis, sedangkan pada rabeg, daging disajikan termasuk tulang-tulangnya, jadi pada saat menyantap, Anda harus menggunakan tangan untuk memisahkan daging dari tulangnya.
[caption id="attachment_369852" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Rabeg Sapi (Dok. Pribadi)"][/caption]
Selain rabeg, tentunya masih ada kuliner Banten lainnya, saya masih berusaha mendokumentasikan bila berhasil menemukannya. Yang masih menjadi buruan saya adalah sate bebek dan sate bandeng, bila sudah ketemu, pasti akan ditulis. Selamat berburu kuliner Banten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H