Mohon tunggu...
Sutar Soemitro
Sutar Soemitro Mohon Tunggu... -

karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nurdin-Bakrie Harusnya Sudah Tamat Jika Djohar Tidak Khianati Revolusi PSSI

8 Februari 2012   03:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:55 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Komite Pemilihan KLB KPSI mempersilahkan Nurdin, Bakrie, Toisutta, dan Panigoro ikut dalam bursa calon ketua. Mudah sekali ditebak ujung sinetron ini. Sudah pasti Nurdin atau Bakrie yang akan berkuasa, karena tidak mungkin Toisutta atau Panigoro ikut dalam agenda politik kubu musuh.

Kenapa nama dua biang kerok hancurnya sepakbola nasional bernama Nurdin-Bakrie bisa muncul kembali? Padahal belum satu tahun mereka berdua kita injak-injak habis-habisan sampai terpental dari kursinya. Belum satu tahun kita bergulat habis-habisan untuk menurunkan Nurdin-Bakrie yang sangat licin. Semudah itukah para politisi busuk KPSI itu lupa?

Mari kita flash back sejenak. Ketika Nurdin-Bakrie dihujat dari segala penjuru yang kemudian memunculkan Djohar sebagai ketua umum PSSI yang baru, sebenarnya kekuatan Nurdin-Bakrie sudah hampir habis. Nurdin setelah itu entah hilang kemana, sementara Bakrie memilih menyalurkan hobi bolanya dengan membeli CS Visse di Belgia. Mungkin dia lebih memilih jauh-jauh bersinggungan dengan musuh besarnya, Arifin Panigoro, yang berhasil menggulingkannya melalui Djohar. Bisa dibilang hanya Pelita Jaya yang terpaksa masih harus bersinggungan dengan kubu Panigoro.

Mesin-mesin pendukung Nurdin-Bakrie ketika itu ramai-ramai berbalik mendukung Panigoro-Djohar lewat K-78. Nurdin-Bakrie benar-benar kalah telak dan sekarat. Kekuatan mereka saat itu hampir habis.

Panigoro memegang kendali penuh PSSI melalui sosok Djohar. Tapi mereka terlena.

Mumpung sedang berkuasa, Djohar membabat habis semua peninggalan Nurdin-Bakrie. Mungkin dengan cara seperti itu mereka berpikir kekuatan Bakrie yang sudah sekarat akan binasa sekalian. Mumpung sedang berkuasa juga, Djohar memasukkan kepentingan tim suksesnya, yaitu 4 eks tim-tim LPI dan 2 tim pesanan. Mereka berdalih tak melanggar Statuta. Tapi apapun alasannya, entah melanggar Statuta ataupun tidak, tapi penunjukan sepihak itu sangat bertentangan dengan nilai sportivitas.

Dari sinilah kongsi K-78 dan Djohar mulai pecah. Klub-klub ISL tidak setuju penunjukan ini. Harbiansyah Hanafi, bos Persisam, adalah salah satu tokoh utama K-78 yang mengegolkan Djohar menjadi ketua PSSI. Sebagai hadiah, Harbiansyah diganjar posisi Direktur BLI. Tapi hanya dalam hitungan hari Harbiansyah meletakkan jabatan itu karena tidak setuju dengan penunjukan 6 tim gratisan itu. Setelah itu seperti kita tahu bersama, Harbiansyah bersama La Nyalla justru berbalik arah memimpin barisan melawan Djohar.

Aroma dendam Bakrie yang masih memuncak karena digulingkan secara paksa oleh Panigoro seperti mendapat durian runtuh. Di saat kekuatannya sedang sekarat, tiba-tiba bermunculan barisan sakit hati kepada Djohar. Tentu saja Bakrie tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Ibarat macan tidur, Bakrie langsung mengaum keras setelah kedatangan kembali klub-klub ISL padanya. Dan sekarang tanpa tedeng aling-aling, Bakrie mulai memperlihatkan ambisinya menguasai kembali PSSI melalui KPSI.

Jika kita lihat kronologi ini, sebenarnya pada awalnya klub-klub ISL telah bertekuk lutut sepenuhnya kepada bos Panigoro dan mencampakkan bos Bakrie. Maklum, mereka adalah orang-orang oportunis yang sedang galau karena tidak bisa lagi menyusu APBD. Maka ketika lambaian rupiah bos Panigoro datang menggantikan bos Bakrie, klub-klub ISL itu girang bukan kepalang beroleh bos baru yang tak kalah tajir. Buat mereka tidak penting siapa orangnya, yang penting berduit.

Tapi ternyata bos baru terlalu bernafsu berkuasa dan semena-mena. Seandainya saja bos Panigoro lebih cantik dalam memainkan strategi menyingkirkan semua sisa-sisa kekuatan Bakrie, klub-klub ISL pasti tak akan membangkang. Kekuatan Bakrie pun harusnya bisa benar-benar disingkirkan.

Tapi strategi sapu bersih Panigoro-Djohar terlalu grasa-grusu kurang perhitungan. Panigoro-Djohar seperti lupa kalau klub-klub ISL itu sangat oportunis dan mudah sekali berbalik arah sesuai kebutuhan. Ketika klub-klub ISL memperlihatkan penolakan terhadap 6 tim gratisan, Djohar malah terus ngotot sehingga klub-klub ISL akhirnya membelot karena ada Bakrie yang telah menunggu menjadi penyandang dana mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun