Mohon tunggu...
Sutar Mi
Sutar Mi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menulis, dan menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum dan Pembelajaran Indonesia, Sukseskah?

13 Juni 2023   15:10 Diperbarui: 14 Juni 2023   19:19 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN INDONESIA, SUKSESKAH?

Oleh : Sutarmi_132022010

Mahasiswa Progdi BK UKSW SALATIGA

Dalam dunia pendidikan, kata kurikulum dan pembelajaran tentunya bukan suatu hal yang terdengar asing lagi. Pasalnya kurikulum itu sendiri merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara pembelajaran dipahami sebagai implementasi dari konsep yang telah disiapkan dalam kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan tentunya kurikulum berfungsi sebagai pedoman baik bagi guru, peserta didik/anak, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat.

Dalam proses pembelajaran,terdapat beberapa konsep kurikulum yang digunakan. Pertama, ialah konsep kurikulum perennialis. Konsep ini bercita-cita menanamkan akal dan mengembangkan daya intelektual peserta didik/anak-anak mencapai puncak yang universal. Konsep kurikulum perennialis dapat dilihat dari bagaimana guru dapat atau tidaknya merangsang peserta didik untuk berpikir realitas. Kedua, konsep kurikulum idealis. Konsep ini bercita-cita menanamkan kedisiplinan. Konsep kurikulum yang ini dapat dilihat dari bagaimana guru dapat atau tidaknya menjadi panutan dan teladan bagi peserta didiknya. Ketiga, konsep kurikulum pragmatis. Konsep kurikulum pragmatis diharapkan dapat membawa perubahan dalam kehidupan. Keempat, konsep kurikulum rekonstruktif. Konsep ini berfungsi untuk melakukan rekonstruksi atau pembaharuan masyarakat dan kebudayaan, atau bisa dikatakan bahwa konsep ini harus dapat melakukan perubahan sosial / merubah perilaku sosial. Kelima, konsep kurikulum eksistensialis. Konsep ini mengakui bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan masa depannya. Dan yang keenam yaitu konsep kurikulum yang realis. Konsep ini menghendaki peserta didik mempelajari kebenaran yang pasti, tidak peduli apakah dia berminat atau tidak.

Sebagai suatu program yang disusun untuk mencapai tujuan pendidikan, mesti adanya tatanan materi kurikulum atau biasa disebut organisasi kurikulum. Terdapat tiga macam organisasi kurikulum;

  • Separate subject curriculum (mata pelajaran terpisah): memisahkan materi kurikulum dari suatu mata pelajaran dengan materi kurikulum mata pelajaran-pelajaran yang lain.
  • Currelated curriculum (mata pelajaran gabungan): Menghubungkan atau menyinggungkan materi kurikulum tertentu dari suatu mata pelajaran dengan materi kurikulum tertentu dari suatu atau mata pelajaran lainnya.
  • Integrated curriculum (kurikulum terpadu): memadukan materi kurikulum tertentu dari berbagai mata pelajaran dalam rangka mengelola kegiatan belajar mengajar yang topiknya dikaji secara inter disiplin. Kurikulum yang diintegrasikan dapat berupa broad field curriculum, yang mana beberapa materi pelajaran yang serumpun dalam subject metter curriculum dicakup menjadi suatu materi yang ruang lingkupnya meluas misalnya mata pelajaran kimia, fisika, dan biologi dapat dikelompokkan menjadi bidang studi IPA. Lalu ada unit curriculum yaitu kurikulum dimana materi tertentu di beberapa mata pelajaran berfungsi sebagai komponen atau aspek yang sedang menjadi acara didalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya, unit : makanan pokok/nasi, dikaji dari media tanamnya, perawatannya, panen hingga pengolahannya dari mentah menjadi siap konsumsi. Dan yang terakhir yaitu project curriculum.

Kurikulum dapat dikatakan sebagai jantungnya pendidikan/pembelajaran karena kurikulum sangat menentukan jenis dan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, kurikulum perlu adanya komponen – komponen yang memiliki kesesuaian atau relevansi antara tujuan, bahan ajar/isi, proses belajar mengajar, serta evaluasi. Hal yang terpenting dalam komponen kurikulum ialah proses belajar mengajar, yang mana dalam menjalani proses tersebut perlu adanya harmoni antara pengajar dan peserta didik sehingga nantinya dapat tercapai tujuan pendidikan. Isi kurikulum sendiri membahas tentang bahan dan tujuan. Pada program pengembangan pendidikan terlebih pada pengembangan kurikulum pada SD, SMP, dan SMA dilakukan  dengan mengikutsertakan para sarjana, dosen, ahli-ahli pendidikan selain guru, dari berbagai ilmu pengetahuan berusaha menyusun isi kurikulum yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak dan konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar. Setelah dikembangkannya isi kurikulum, dalam penyusunan isi kurikulum melibatkan para sarjana dan cendekiawan seperti perencanaan program sekolah, menyiapkan buku teks, dan berbagai macam media pendidikan.

Pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi oleh perhatian utama pada masalah struktur dalam penyusunan kurikulum. Pendidikan yang menekankan struktur mengutamakan pendidikan intelek tetapi tidak berarti pendidikan lain diabaikan. Dalam proses pendidikan ada pokok-pokok penting yang perlu diperhatikan yaitu peranan struktur bahan dan bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar, proses belajar menekankan pada berpikir intiutif, masalah kesiapan dalam belajar, dan dorongan untuk belajar (learning motives). Tujuan belajar bukan hanya sekedar untuk menguasai pengetahuan, tetapi untuk menyiapkan individu menghadapi masa depan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan proses kurikulum diantaranya: Bagaimana memilih bahan ajar dan media belajar yang menekankan pada pengembangan ide dan sikap, serta menentukan tingkat bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa.

Jika sekiranya kurikulum yang berjalan itu dirasa memiliki hasil yang baik, maka kurikulum perlu pengembangan dengan memperhatikan dan melalui  prinsip, pendekatan, bentuk, dan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum. Prinsip – prinsip yang biasa digunakan yaitu prinsip orientasi pada tujuan, prinsip relevansi, prinsip efisiensi, prinsip efektivitas, fleksibilitas, integritas, kontinuitas, sinkronisasi, obyektifitas, dan demokrasi. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum meliputi pendekatan yang berorientasi pada bahan ajar, serta pendekatan yang berorientasi pada tujuan pengajaran. Adapun bentuk-bentuk dalam pengembangan kurikulum yaitu pengembangan atas dasar sistem / system based development, serta pengembangan atas dasar mata pelajaran / subject based development. Lalu dalam pengembangan kurikulum ada beberapa tahap mulai dari pengembangan program pada tingkat Lembaga, pengembangan program pada setiap bidang studi/mata kuliah dan pengembangan pengajaran di kelas.

Sebagai pedoman pembelajaran, kurikulum yang ada di Indonesia tercatat telah mengalami pembaharuan-pembaharuan karena faktor perkembangan zaman. Kurikulum yang berlaku di Indonesia tercatat telah mencapai kurang lebih sepuluh kali pembaharuan. Mulai dari berlakunya kurikulum 1947 sampai dengan kurikulum 2013. Semua kurikulum yang direncanakan dan dilaksanakan tersebut pastinya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi, pembaharuan-pembaharuan kurikulum yang ada tersebut tidak terlepas dari polemik dan keluhan para pengajar dan peserta didik yang menjalani proses belajar mengajar. Perubahan kurikulum dinilai terjadi dalam kurun waktu yang relative dekat sehingga menuntut para pengajar dan peserta didik harus siap beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Namun pada realitanya banyak pengajar atau peserta didik tidak mampu melaksanakan kurikulum yang baru dalam pembelajaran itu dengan baik. Bahkan tak jarang dalam proses pembelajaran,banyak guru yang mengajar hanya berdasar pada pengalaman dan pengetahuan mereka tanpa memahami betul dari isi kurikulum. Dan hal ini menjadi pemicu turunnya kualitas peserta didik pada penguasaan struktur dalam belajar dan juga banyak pihak yang menilai perubahan kurikulum dalam waktu dekat justru berdampak negative pada kualitas pendidikan. Karena idealnya kurikulum itu dibiarkan berjalan paling tidak selama 10 tahun agar terlihat jelas pemetaan hasilnya. Dalam hal ini, pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran di Indonesia masih perlu ditinjau atau dievaluasi dan dibenahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun