Mohon tunggu...
Sutanto Wijaya
Sutanto Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Menit di Surga

19 September 2020   12:57 Diperbarui: 19 September 2020   13:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image credit: Five Minutes of Heaven

Alistair yang dalam film tersebut merupakan pelaku kejahatan sebenarnya juga merupakan korban. Meskipun diceritakan berasal dari keluarga yang kelihatannya baik, dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan bimbingan yang cukup sehingga mudah terpengaruh pihak-pihak yang mengajarkan dogma negatif. 

Keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk pembentukan mindset anak. Jika anak sejak kecil tidak mendapatkan perhatian dan bimbingan yang baik dari orang tua, maka berpotensi untuk memunculkan generasi muda seperti Alistair dan teman-temannya. Yang lebih parah lagi adalah ketika orang tua yang menjadi sumber dogma negatif untuk anaknya.

"Be the change you want to see in the world" adalah kutipan bijaksana dari Mahatma Gandhi. Untuk memulai perubahan memang harus dimulai dari diri sendiri. 

Orang tua tidak bisa mengajarkan sesuatu kepada anaknya jika mereka sendiri tidak melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah teladan melalui sikap dan tindakan-tindakan nyata.

Ada yang mengatakan bahwa paham radikalisme tidak apa-apa dan boleh ditoleransi, selama tidak berubah menjadi tindakan nyata yang radikal. Saya tidak setuju. 

Segala tindakan manusia berawal dari pikiran. Jika kita tidak berusaha untuk memelihara pikiran yang baik, kita berpotensi untuk jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang tidak baik. Dan pikiran-pikiran yang tidak baik mustahil bisa menghasilkan tindakan-tindakan nyata yang baik. 

Mari kita ciptakan lima menit di surga yang berbeda. Lima menit dalam surga pikiran yang membangun dan membawa damai, untuk diri sendiri dan orang lain. 

May peace be with us all.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun