Mohon tunggu...
Sutanto Wijaya
Sutanto Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Certified Professional Coach (CPC), Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Good to Great - Sebuah Visi untuk Parawisata Indonesia

12 Juli 2020   12:10 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktifitas belanja online juga meningkat 30% yang artinya kesempatan untuk menjual produk-produk yang berhubungan dengan industri parawisata Indonesia juga meningkat. Produk kerajinan, seni, suvenir, dan lain-lain memperoleh kesempatan untuk mendapatkan audience dan potential customer yang jauh lebih besar daripada kalau misalnya hanya mengandalkan pameran di luar negeri. Hal ini tentu saja akan sangat membantu UKM kita yang terkena imbas krisis ekonomi saat ini akibat pandemi.     

Persiapan sistem dan infrastruktur juga sangat penting dan diperlukan untuk memastikan industri parawisata Indonesia dapat memberikan pengalaman dan pelayanan terbaik kepada para wisatawan. Di saat ketika hotel, resort, tempat wisata dan fasilitas lainnya sedang dalam masa tidak ramai atau bahkan ditutup seperti sekarang merupakan masa yang paling tepat untuk melakukan evaluasi dan perbaikan.

Jika misalnya sebuah tempat wisata yang selalu ramai pengunjung terkendala untuk memperbaiki fasilitas yang ada, sistem dan prosedur kerja, dan hal lainnya karena terlalu sibuk dengan masalah operasional, sekarang ini seluruh stakeholder tempat wisata tersebut mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan. 

Layaknya setiap manusia memerlukan jeda untuk beristirahat sejenak dan melakukan introspeksi untuk perbaikan diri ke depannya, institusi di dunia parawisata yang biasanya tidak mengenal libur ini bisa menjadikan saat ini sebagai high time untuk melakukan evaluasi dalam rangka meningkatkan kinerjanya pascapandemi.  

Selain perbaikan infrastruktur dan sistem, perbaikan manajemen juga tidak kalah penting. Untuk aset wisata Indonesia yang sudah berkinerja baik, manajemen tetap perlu evaluasi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan lagi performanya. Dan untuk yang belum baik kinerjanya, sekarang saatnya mencari tahu penyebabnya dan melakukan perbaikan. Jika pihak manajemen tidak profesional, berintegritas dan berkomitmen, tidak akan heran jika aset wisata Indonesia tidak bisa bersaing di kancah internasional.

Stephen Covey dalam bukunya The 8th Habit melakukan survey terhadap 54.000 orang responden tentang kualitas terpenting dari seorang pemimpin. Hasilnya, integritas menduduki peringkat nomor satu. Masalah integritas memang masih menjadi salah satu masalah paling klasik yang seakan-akan belum ada obatnya. Setelah lebih dari dua dekade sejak era reformasi, Indonesia masih saja digerogoti virus korupsi dan masalah integritas yang lain. Krisis integritas ini sepertinya telah begitu mengakar dari tingkat atas sampai bawah di berbagai institusi pemerintahan.   

Mengapa penting membahas tentang masalah integritas kepemimpinan dan manajemen untuk industri parawisata Indonesia? Karena sama seperti bidang yang lain, tanpa adanya integritas dan kepercayaan dari konsumen, industri parawisata Indonesia tidak akan bisa berkembang. Segenap stakeholder dunia parawisata Indonesia yang seharusnya satu visi dan misi, akan berjalan tanpa arah dan dipenuhi dengan visi misi individual jika tanpa kepemimpinan yang berintegritas dan berani bertindak tegas untuk membenahi organisasi yang dipimpin.   

Masalah lain terkait industri parawisata Indonesia yang tidak kalah penting adalah kualitas SDM. Saat ini juga merupakan saat yang paling tepat untuk evaluasi. Apakah selama ini kualitas SDM untuk industri parawisata Indonesia sudah memenuhi syarat untuk bisa memberikan service excellence kepada para wisatawan asing yang berkunjung ke negara kita? 

Apakah SDM di bidang ini memang memiliki passion di dunia parawisata, dan yang tidak kalah penting passion untuk customer service? Apakah mereka sudah memiliki kemampuan bahasa asing minimal Bahasa Inggris untuk memperlancar komunikasi dengan para customer dari negara lain? Apakah mereka cukup melek teknologi?     

Yang perlu untuk selalu diingat oleh para pelaku industri parawisata Indonesia, para wisatawan asing ini telah meluangkan waktu dan tenaganya, membelanjakan uangnya, untuk bisa datang ke Indonesia. Bahkan ada yang berasal dari negara yang jaraknya cukup jauh dari Indonesia sehingga perlu menempuh perjalanan udara yang memakan waktu yang panjang dan melelahkan. Mereka layak dan pantas untuk mendapatkan pelayanan terbaik berkelas hotel bintang lima, meskipun kalau misalnya mereka hanya menginap di hotel bintang dua.

Bagaimana caranya membangun kesadaran seperti itu? Sekali lagi, dimulai dari pemimpin. Apakah ini berarti segala sesuatunya harus tergantung kepada pemimpin dan para bawahan tidak bisa mengambil inisiatif? Tidak. Bawahan tetap bisa mengambil inisiatif dan melakukan yang terbaik yang dia bisa lakukan, tetapi jika di level kebijakan tidak mendukung dan sang bawahan tersebut tidak mempunyai circle of influence untuk memicu perubahan positif yang bersifat sistemik dan berkesinambungan, maka yang dilakukannya tidak akan bisa mengubah wajah industri parawisata Indonesia secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun