Mohon tunggu...
Sutanto Harjo
Sutanto Harjo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menikah, punya anak 2

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bantahan Saya Terhadap Argumen Kaum Sepilisai- Sepilis, Ateis, Islamofobia

24 Juli 2011   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah bantahan saya terhadap artikel-artikel yang ditulis Islamofobik Rinaldi (Allahu yaghfirlahu-Semoga Allah memaafkannya) pada artikelnya yang berjudul http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/27/sulitnya-berinteraksi-dengan-muslim-fundamentalis/

Mohon masukannya dari anda, kaum muslimin yang dibenci oleh mereka, kaum SEPILISAI (kaum Sekuler-Liberal-Pluralis Agama-Ateis-Islamofobia )

· 1. Dalam mengelaborasi ide-idenya, mereka tidak menggunakan rational appeal, tetapi “kepercayaan” (theological believe). Ini melahirkan sikap-sikap apriori terhadap ide-ide lain. Mereka bisa menolak sebuah ide hanya karena ide itu “tidak diajarkan agama mereka”, alih-alih melontarkan argumen/bantahan rasional. (Dalam adu argumen, melibatkan unsur theological believe adalah sebuah fallacy, karena itu bersifat subjektif dan tidak terukur). Contoh faktual adalah pada perdebatan mengenai Ahmadiyah beberapa waktu lalu.

Ya iyalah, masa kita memakai argumen kaum yang sama pola pikirnya dengan kita? Makanya adanya debat ‘kan begitu. Adanya pihak yang berseberangan. Kalau pihak lawannya bersamaan dengan pola pikir kita, itu bukan debat namanya, bung. Lagi pula apakah kaum MF harus sama pola pikirnya dengan kaum SEPILISAI? Kalau Rinaldi tidak percaya dengan teologi, apalagi teologi Islam, buat apa berdebat dengan kalangan MF tentang teologi mereka? Kalau tidak mau berdebat tentang teologi, yang acuannya kitab suci atau wahyu, janganlah berdebat tentang masalah teologi. Kalau mau berdebat tentang masalah teologi, mau tidak mau kita harus masuk ke domain wahyu, yang tidak bisa dicapai 100% dengan akal. Wajar kalau MF pakai dogma agama tentang masalah ahmadiyah. Masa MF debat masalah teologi pakai debat umum/non dogmatis? Tidak kena sasaran dong? Semua agama tidak Islam saja, selalu bersifat subyektif terhadap semua yang tidak sejalan dengannya. Makanya disebut agama, ada putih ada hitam, ada yang boleh ada yang tidak boleh. Itulah sifat agama, sistem yang murni di luar jangkauan akal manusia, apalagi manusia yang tak percaya seperti Rinaldi dan kawan-kawan.

2. Selalu menyalahkan pihak luar, dalam hal ini adalah barat, khususnya Amerika dan Yahudi, untuk semua keterpurukan yang dialami Muslimin. Jarang mereka introspeksi diri dan melihat ke dalam serta memberi otokritik. (Otokritik sering dilakukan kelompok progresif seperti JIL, namun hampir tidak pernah dilakukan kelompok radikal. Ketidakmauan memberi otokritik telah dikritik oleh Irshad Manji, penulis Muslim yang menulis buku “Beriman Tanpa Rasa Takut”).

Dalam hal ini sebagiannya saya setuju. Sebagian umat Islam sama seperti kaum SEPILISAI, suka melihat ke luar dari pada ke dalam. Lalu otokritik terhadap agama yg dilakukan oleh kaum/individu yang tidak mau taat terhadap agamanya sendiri, sebenarnya diragukan isinya. Tuhan sudah menggariskan melalui kitab suciNya ini salah itu benar. Kalau mau disebut muslimah, yang total, jangan seperti Irshad Manji, Fatimah Mernissi, Aminah Wadud, Musdah Mulia dan kaum SEPILISAI lainnya. Ingin disebut muslimah, tetapi pola pikir dan gaya hidupnya senantiasa bertentangan dengan ajaran Islam. Namanya apa ya? Bukannya pantas disebut fasiqin, atau murtadin atau munafiqin sekalian? Tahukah kalian apa risikonya menjadi muslim/ah?

3. Sempit. Seringkali memaknai kata “jihad” sebagai “perang fisik” terhadap orang kafir yang memusuhi Muslimin (liciknya, istilah itu tidak dipakai untuk kasus di mana umat Muslim membantai saudaranya di Sudan dan Somalia. Baca tulisan saya.). “Jihad” artinya berjuang di jalan Allah, banyak cara dan luas maknanya. Sementara padanan kata “perang” dalam bahasa Arab adalah Qital. Membantu korban banjir, kampanye anti korupsi, rehabilitasi pecandu narkoba, bagi mereka bukan “jihad”. Tapi membunuh orang kafir yang memerangi Muslimin, adalah jihad.

Tergantung kasusnya. Apa dulu kasusnya. Khusus buat mereka yang memerangi para murtadin, bukan sempit namanya dalam ajaran agama Islam. Khalifah Abu Bakar juga melakukan hal yang sama sewaktu beliau hidup dahulu. Lain lagi kalau pola pikir para pembangkang agama macam SEPILISAI dipakai. Wajarlah, MF dibilang sempit. Balik lagi seperti di atas, pola pikir para pemuja Allah dengan para pemuja akal dan hawa nafsu selalu berbeda…..

Memang kaum pembangkang agama sangat membenci kata-kata jihad, karena jihad menghalangi nafsu mereka untuk meriddahkan (orangnya = murtad) umat Islam sebanyak-banyaknya.

4. Cenderung memahami ajaran agama secara tekstual, dan bukan kontekstual.

MF paham sekali dengan ajaran agamanya. Masalahnya orang-orang yang di hatinya ada penyakit kekufuran dan kenifakan, tidak menyukai pola pikir dan tindak tanduk MF. SEPILISAI maunya MF mengikuti mereka. Bukankah itu bertentangan dengan prinsip HAM, KEBEBASAN BERPIKIR DAN BERPENDAPAT yang sering SEPILISAI gembar-gemborkan? Apakah MF harus mengikuti kata-kata kaum yang tidak mengerti agama mereka? Kata seorang ulama terkemuka asal Indonesia, KH. Hasyim Muzadi, kaum SEPILISAI hanya tahu Islam sedikit sekali, tapi berkomentar banyak. Persis peribahasa, Tong Kosong Nyaring Bunyinya.

5. Rasa kemanusiaan yang cenderung terbatas khususnya pada “saudara seiman” yang dibantai kaum kafir saja. Dalam kasus Muslimin terbunuh di Palestina oleh tentara Israel, mereka berang. Tapi puluhan biksu-biksu dibantai di Myanmar, mereka diam saja. Perang Irak-Iran (antara Sunni-Syiah) sepanjang 80-an menelan jutaan Muslim, terutama warga sipil, karena “sesama Muslim”, mereka kurang bereaksi. Dan entah sudah berapa juta orang tewas di Sudan akibat perang saudara yang sudah berlangsung bertahun-tahun, tak ada reaksi berarti dari kelompok Islam keras. Oleh karena itu, menurut Prof. Zainun Kamal, dosen UIN Jakarta, boleh jadi korban jiwa akibat perang saudara sesama Muslim sepanjang abad di timur-tengah dan Afrika sebenarnya jauh lebih banyak daripada korban jiwa Muslim akibat perang dengan “kaum kafir”, yaitu AS dan Israel.

Memang ajaran Islam begitu, persaudaraan hanya kepada yang seiman saja. Itu sudah ketetentuan Allah dan RasulNya. Dalam rangka membedakan hamba-hambaNya yang taat dengan yang durhaka. Perang saudara sesama muslim juga sudah dinubuatkan rasul jauh sebelumnya, dan itu didorong motif politik dan masalah penyimpangan agama (murtadin). Lagi pula perang antar seagama, bukan monopolinya MF saja. Dahulu Protestan dan Katolik bertengkar hebat. Bahkan sampai saat ini.

Saat pembantaian para biksu-biksuni atau masalah yang melibatkan umat agama lain, apakah sudah ada muslim yang berkomentar? Sudah adakah media yang mewawancarai umat Islam? Apa tanggapan mereka tentang pembantaian itu? Kenapa saudara Rinaldi sok tahu seperti itu? Menyatakan umat Islam diam saja ketika pembantaian itu berlangsung? Lagi pula itu masalah interen umat agama lain. Kalau MF ikut bersuara, nanti dikira MF ikut campur dengan urusan agama lain. Umat lain juga begitu kan? Sewaktu perang Sunni-Syiah tahun 1980 kemarin, apakah mereka bersuara juga?

Tanggung jawab sudah di pundak mereka masing-masing. Siapa yang salah itulah yang berdosa. Kata siapa perang dengan sesama muslim, jumlah korbannya kalah dengan perang kaum kafir? Bisakah kaum SEPILISAI membuktikan datanya? sehingga berani berasumsi begitu? Sementara saat peperangan antar sesama muslim, mereka tidak punya senjata pembunuh massal seperti yang dimiliki para penjajah….

6. Keyakinan yang berlebihan terhadap agama sehingga memunculkan sikap arogan, paling benar, paling mulia, superior, dan merasa berhak menguasai dunia. Inilah sebab mereka tidak suka ide kesetaraan derajat (egality), karena arogansi dan rasa paling mulia di antara umat lain. Bila mereka mayoritas, mereka berniat memaksakan “aturan agama” ke ruang publik. Bila minoritas, mereka berniat memisahkan diri seperti terjadi di India, Thailand selatan, dan Filipina. Atau paling halus, sebentuk “otonomi khusus”. Umat lain dipandang sebagai “musuh” yang inferior sebelum mereka tunduk di bawah ideologi Islam dan berstatus “dhimmi”.

Itu risikonya menjadi kaum muslimin. Harus tunduk kepada aturan Allah dan rasulNya. Kalau tidak mau patuh, ya jadi non muslim saja. Lagi pula kaum mayoritas non muslim banyak yang tidak adil secara agama, politik, dan ekonomi terhadap minoritas muslimnya. Wajar mereka memberontak kepada kaum mayoritasnya. Bandingkan di negara-negara mayoritas muslim dengan mayoritas non muslim. Banyak sekali kaum non muslim yang kaya-kaya dan makmur-makmur di negara-negara OKI. Dulu waktu kesultanan Turki Utsmani masih ada, para saudagar Yahudi dan Nasrani (yang sering diejek "dhimmi" oleh kaum SEPILISAI), banyak yang punya kapal-kapal dagang yang besar-besar. Sudah begitu kapal-kapal mereka dilindungi oleh angkatan bersenjata kesultanan Turki Utsmani. Di negara-negara GCC, seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, UEA, Oman, Bahrain, mereka yang bekerja di perusahaan migas, banyak yang non muslim (India, Filipino, Srilanka, Barat). Ingat orang terkaya di Mesir, Malaysia, dan Indonesia bukan muslim lho….

Saya kira wajar saja jika MF mengklaim Islam sebagai agama yang benar, dan agama lain salah. Karena memang diajarkan Alqur’an begitu. Wajar juga kaum non muslim menganggap agama Islam salah, karena itu hak dogmatis mereka. Tidak wajar, kalau non muslim boleh menganggap benar agamanya, tapi muslim tidak boleh menganggap benar agamanya. Aneh kalau suatu agama, mereka mengakui kebenaran agama lain. Itu bukan agama namanya. Itu budaya favorit manusia-manusia yang anti agama, seperti kaum SEPILISAI.

Umat Yahudi punya julukan sendiri kepada kaum non Yahudinya. Begitu pula umat-umat lainnya. Kenapa hanya umat Islam saja yang dipermasalahkan dengan istilah “dhimmi”nya? MF sendiri tidak ambil pusing kaum SEPILISAI menyebut MF sebagai kaum konservatif, kolot, tradisional, ortodoks, militan, agresif, teroris, fundamentalis, revivalis, dan sebagainya. Selama MF tidak melanggar aturan Allah dan rasulNya, buat apa MF pusing dengan gelar-gelar “indah” yang diberikan kaum yang tidak beriman kepada mereka. Toh dulu juga rasul dan para sahabat beliau digelari gelar-gelar “indah” juga oleh nenek moyang kaum SEPILISAI.

7. Anti kritik, dan oleh karenanya mereka juga anti kebebasan berpendapat. Karena mereka merasa sebagai “wakil dari sebuah agama yang mulia”, maka kritik terhadap kebijakan mereka dianggap kritik terhadap agama. Dan kritik terhadap agama seringkali dipandang sebagai penistaan agama. Tapi, karena mereka merasa berada dalam keyakinan yang paling benar, maka kritik mereka terhadap agama lain tidak dipandang sebagai penistaan agama, melainkan “syiar kebenaran” yang tidak boleh diganggu gugat. Barangsiapa yang mempersoalkan kekritisan mereka terhadap agama lain, dianggap menggugat syiar kebenaran.

Kalau kritikannya masuk akal dan rasional, saya rasa MF tidak keberatan. Selama ini kritikan-kritikan SEPILISAI bernuansa melecehkan, bahkan merendahkan keyakinan umat Islam. Wajarlah mereka marah. Tahukah SEPILISAI tata cara/etika mengkritik? Hindari kritikan yang menjurus SARA. Kalau begitu tanggung sendiri risikonya. Punya musuh di mana-mana.

Lagi pula kritikan-kritikan itu lagu lama. Lagu yang sering diulang-ulang kaum pembangkang dari masa rasul dahulu. Sebagian dari MF masih mempermasalahkannya, tetapi MF yang lebih terdidik dan terpelajar, hanya menganggapnya angin lalu. Mereka tahu kalau kaum SEPILISAI akan selalu menggugat kebenaran Islam atau agama mana saja, sampai akhir hayat mereka. Wajarlah, Tuhan mereka ‘kan akal dan hawa nafsunya sendiri. Entitas yang super dinamis (mudah berubah dan anti kemapanan) dan super abstrak (tidak jelas dan nihil)….

8. Selalu memposisikan umat Muslim sebagai “umat yang tertindas” dalam peradaban dunia. Dan yang menindas itu digambarkan adalah orang kafir. Modus “umat tertindas” ini adalah propaganda klasik yang juga digunakan orang Yahudi sebagai justifikasi mereka membangun negara Israel. Modus ini “enak digunakan” karena bersifat sentimentil dan sangat provokatif, membangkitkan rasa persatuan dan semangat perlawanan terhadap yang menindas karena perasaan “tertindas” itu.

MF memang faktanya tertindas tuh. Buktinya ada di mana-mana. Syariat Islam dijegal di mana-mana, padahal SI hanya buat muslim saja. SI juga hanya diterapkan di negara-negara OKI. Penggunaan jilbab dipersulit. MF yang memakai jilbab, didiskriminasi dalam bidang pendidikan dan ekonomi seperti di Turki, Tunisia, Mesir, Indonesia, dan negara-negara surga SEPILISAI lainnya. Kebebasan shalat dipersulit, banyak MF yang tidak bisa shalat sewajarnya. Padahal shalat itu tiang agama Islam. Masjid-masjid dipersulit padahal masjid-masjid yang lama sudah tidak mampu menampung jumlah umat yang ada. Contohnya di Australia, di Yunani, di Skotlandia, di Belgia, di Italia Utara, di Spanyol. Masjid-masjid yang ada, menjadi sasaran vandalisme di negara-negara Barat. Setiap kali ada aksi teroris, media massanya kaum SEPILISAI serentak menunjuk tangan ke MF, padahal pada kasus pemboman di Oklahoma dan yang baru-baru ini di Norwegia, pelakunya dari kaum ekstrimis non muslim, nota bene keluarga besar SEPILISAI juga. Sementara yang berkomplot menghancurkan MF, tidak hanya kaum SEPILISAI saja, tetapi juga kaum non muslim radikal lainnya.

9. Pada level kroco di internet, mereka lebih suka copy-paste artikel yang sepaham daripada menulis opininya sendiri untuk mengisi blognya, atau dikirimnya ke sebuah mailinglist.

Sama saja dengan kaum SEPILISAI. Memangnya kaum SEPILISAI berotak super semua?

10. Provokasi dengan mengutip fakta di luar konteks. Terutama fakta yang disajikan dalam foto. Mereka tidak menuliskan caption foto sesuai standar jurnalistik (5W +1H) melainkan kata-kata provokatif, seperti: “lihatlah apa yang mereka lakukan terhadap kaum Muslimin” yang disematkan pada gambar Masjid yang luluh lantak akibat perang, atau foto korban-korban Muslim yang tewas, atau penyiksaan tawanan Muslim. Kalau caranya begitu, lawan mereka dengan mudah dapat melakukan hal yang sama, contohnya film “Fitna” yang dibuat Geert Wilders. Tapi mereka menghujat Wilders karena perbuatannya.

Ini kesalahan yang bisa dilakukan siapa saja, termasuk SEPILISAI sendiri. Saudara Rinaldi benar-benar tidak etis menjadikan alasan ini sebagai kelemahan kaum MF saja. Faktanya kaum SEPILISAI juga banyak berbuat begitu. Contohnya artikel penghujatan di atas ini. Komentar-komentarnya tidak didasari data dan fakta.

Kalian sendiri kebanyakan jadi kambing congek kalau MF jadi korban, tapi bersorak-sorai kalau lawan-lawan MF menang. Buktinya waktu Jalur Gaza dibom, mana suara SEPILISAI? Juga waktu Irak diembargo.

Jujur saja kaum SEPILISAI tidak lebih baik dari MF. Kaum SEPILISAI selalu menggunakan kaca mata kuda dalam menilai sesuatunya. Giliran kaum yang berseberangan dengan mereka ingin melakukan sesuatu, dihujat habis-habisan. Contoh RUU APP, padahal itu sudah konsensus nasional bersama. Begitu juga SKB 3 menteri, aturan SI di Aceh, perda-perda syariah di Banten dan di Sulsel, dan sebagainya. Saat kaumnya dirugikan, dibela-bela bahkan dipuji-puji setinggi langit. Contoh kasus Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, kasus Syiah, kasus gereja-gereja ilegal yang didirikan kaum non muslim radikal, kasus Sisdiknas, kasus AKKBB, kasus pengusiran Gusdur (yang nyata-nyatanya upaya adu domba FPI dengan NU oleh antek-antek SEPILISAI).

Kaum SEPILISAI dalam sejarahnya banyak terlibat dalam pertikaian antara mereka sendiri. Perebutan negeri-negeri jajahan berbasis 3 G salah satunya. Lalu negeri-negeri surga SEPILISAI terbukti terjerat krisis ekonomi berkali-kali. Yunani dan Spanyol, juga Irlandia bahkan sudah dinyatakan bangkrut. Bank-bank dan institusi keuangan milik kaum SEPILISAI banyak yang berguguran. Kesenjangan yang kaya dan miskin besar sekali di negara-negara SEPILISAI. Kaum SEPILISAI dengan IMFnya bertanggung jawab atas liberalisme ekonomi yang melahirkan krisis di Argentina, Indonesia, Korsel, Thailand, Vietnam, Laos, dan sebagainya. Banyak petani di negara-negara berkembang bunuh diri, karena liberalisasi pertanian yang dipaksakan oleh negara-negara G8 (sumbernya SEPILISAI dunia).

Sistem keluarga di negeri-negeri SEPILISAI hancur karena feminisme. Bahkan salah satu surga SEPILISAI Asia, Jepang, Korsel, dan Singapura, mengalami penurunan populasi yang drastis. Pornografi, kejahatan, miras, judi, kelainan seksual (LGBT), PMS-penyakit menular seksual, marak di negeri-negeri SEPILISAI dan korbannya (negara-negara OKI). Banyak generasi mudanya yang menjadi generasi madesu. Mereka menjadi pecandu alkohol, obat-obatan penenang, seks bebas, aksi-aksi vandalisme, geng-geng kriminal, dan judi. Kaum SEPILISAI banyak yang bunuh diri karena depresi (Cina, India, Jepang, negara-negara Eropa Timur).

Kaum SEPILISAI terlibat genosida manusia dalam skala besar-besaran sejak evolusi Darwin. Aktor intelektualnya Mao Zedong, Idi Amin, Lenin, Stalin, Pol Pot, Suharto di masa Benni Moerdani dan Ali Murtopo, Slobodan Milosevic di Bosnia, Saddam Hussien di Irak, Husni Mubarok di Mesir, Zine Ali di Tunisia, di Kamerun, Rwanda, dan sebagainya. Jangan lupa Ferdinand Marcos dan istrinya, tokoh SEPILISAI sejati, penipu rakyatnya.

Negeri-negeri surga SEPILISAI membom Irak, Afghanistan, Somalia, Sudan. Jangan lupa bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Memicu perang saudara di Darfur Sudan dan Nigeria dengan motif minyak. Menghancurkan Libya, Irak dan Afghanistan berdalih kebebasan dan demokrasi. Kaum SEPILISAI membuat penjara Guantanamo dan penjara-penjara rahasia lainnya di seluruh dunia. Mereka mendukung rezim-rezim otoriter di negara-negara OKI, menghancurkan moral penduduk negara-negara OKI dengan media massa cabul, merampok kekayaan alam negara-negara OKI berkedok investasi asing.

Kaum SEPILISAI membuat negara paling rasis di dunia bernama Israel, sumber masalah utama di Timteng sampai akhir zaman nanti. Mereka lalu membuat program Timur Tengah baru dan Israel Raya. Mereka turut membuat tembok apartheid di Afrika Selatan, Palestina, Jalur Gaza, dan perbatasan AS-Meksiko. Kelaparan dan kekurangan gizi akibat peperangan yang melanda Afrika, disebabkan negara-negara eksportir senjata utama dunia-surga SEPILISAI dunia-menebar konflik di sana agar senjata mereka laku. Pendidikan dan kesehatan serba mahal di negara-negara SEPILISAI karena semua mengikuti konsep Liberalisme Absolut yang berujung di doktrin The Survival is The Fittest, suatu konsep rasisme berpangkal pada Darwinisme.

Sungguh benarlah firman Allah. Betapa buruknya kaum yang hobi mengagung-agungkan akal dan hawa nafsunya sendiri. Benar kata Alqur’an, kalau kaum SEPILISAI itu bodoh dan zalim, suka menipu orang-orang yang beriman (MF), padahal kenyataannya mereka itulah pihak yang tertipu (oleh setan dan hawa nafsu mereka sendiri). Hanya saja mereka tidak pernah menyadarinya. Alqur’an juga berkata kalau kaum SEPILISAI senang dengan semua hal yang menyusahkan kaum yang beriman (MF) dan sedih jika kaum yang beriman (MF) mendapatkan kemenangan. Mereka suka menebar fitnah kepada MF tetapi Allah berjanji akan mengembalikan fitnah itu kepada diri mereka sendiri. Ya Allah lindungilah kami selalu dari kaum yang hobinya mengagung-agungkan akal dan hawa nafsu.

Dalam sejarah terbukti sendiri, Azazil berubah namanya menjadi Iblis, dilaknat dan diusir Allah dari surga. Dia selalu menganggap dirinya lebih baik dari Adam. Diciptakan dari api, sempat jadi imamnya para malaikat, dan diciptakan lebih awal/lebih senior dari Adam as (mengagung-agungkan akal dan hawa nafsunya di hadapan Dzat yang Maha Suci dan Maha Agung).

Dari berbagai sumber.

Eramuslim.com, Hidayatullah.com, Republika.co.id, VOA-Islam.com, Hizbut-tahrir.or.id, FPI.or.id, Timfakta.blogspot.com, youtube.com, harunyahya.com, news.yahoo.com, arabianbusiness.com, CNN.com, metrotvnews.com, theJakartapost.com, Kompas.com, MediaIndonesia.com, quranline.blogspot.com, harian Republika, harian Kompas, harian Media Indonesia, harian Seputar Indonesia, majalah Hidayatullah, majalah Sabili.

Mohon maaf kalau penulisan situs-situs di atas salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun