Mohon tunggu...
sutanto prabowo
sutanto prabowo Mohon Tunggu... Guru - All About me

Hanya orang biasa yang ingin hidup damai dan berguna untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Money

Telepon Umum di Yogyakarta

16 April 2016   09:09 Diperbarui: 20 Desember 2018   15:55 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Telepon Umum ? ada yang masih menggunakan layanan ini ?
Pada masanya dulu, benda yang disebut sebagai "Telepon umum" ini menjadi salah satu layanan publik yang populer dan amat sangat berguna bagi masyarakat. terutama di kota saya Yogyakarta. Pengguna terbanyak waktu itu adalah kalangan pelajar dan mahasiswa, termasuk saya. :D
Hanya dengan beberapa keping Rp.100 - Rp.500 kita sudah bisa berkomunikasi dengan lancar secara lokal area yogyakarta saja.
Saya masih ingat waktu itu, sampai harus antri panjang di pinggir jalan. Apalagi apabila ada yang bawa setumpuk recehan....wuah bisa lama. :D

Seiring berjalan waktu, ketika Telepon selular mulai terjangkau harganya, telepon umum mulai ditinggalkan dan dilupakan. Memang pada saat itu telepon selular sudah ada tetapi harganya masih mahal dan hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya. Bahkan hanya untuk memiliki kartu sim(no telepon) harus merogoh kocek kurang lebih Rp.700 - Rp.800 ribu. Itupun tidak bisa didapat saat ini juga melainkan harus inden. 

Saat ini hampir setiap orang sudah memiliki perangkat telepon selular ini. tidak terkecuali. bahkan petani pun ketika ke sawah pasti akan membawa perangkat cerdas ini. Maka, bisa kita pastikan telepon umum semakin terpuruk nasibnya. Di beberapa sudut kota Yogyakarta, kita masih bisa menemukan telepon umum yang berdiri/terpasang tetapi dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Di beberapa sekolah juga masih bisa kita temukan telepon umum ini. 

Ada yang punya ide atau saran ? mau diapakan benda yang bernama telepon umum ini ? tetap dibiarkan "mangkrak" seperti itu dan teronggok tak terurus dan diperlakukan seperti sampah tak berguna, atau ada ide kreatif yang bisa mendaya gunakannya ?
Telepon umum menjadi bagian dari sejarah perkembangan teknologi dan kota yogyakarta. kadang rasanya eman dan kasihan melihatnya tak terurus dan tidak ada yang mau "menyapa" (hahah...labay). :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun