Mohon tunggu...
Sutan Syah Alam
Sutan Syah Alam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Passionate on Architecture, Football, and other amusing things.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Hadirnya Kembali Pahlawan Kota Naples Asal Argentina

27 April 2014   08:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada game week 33 Serie A Italia, ada hal yang tidak biasa terjadi. Yaitu meningkatnya average jumlah gol dalam 1 pekan. Tercipta 38 gol dari 10 pertandingan yang berarti 3.8 gol per partai. Bahkan pada hari minggu kemarin yang melangsungkan 5 pertandingan, melahirkan 27 gol. Partai Lazio menghadapi tuan rumah Napoli menarik minat saya untuk menyaksikannya ketimbang Hellas Verona vs Fiorentina yang berakhir dengan skor fantastis 3-5. Tidak kalah serunya, Napoli – Lazio total menghasilkan 6 gol pada laga tersebut.

Gonzalo Higuain, yang pada 4 pertandingan terakhir tidak mencetak 1 gol pun, menorehkan hattrick pertamanya sejak membela Napoli dari awal musim ini. Total gol yang telah ia toreh saat ini berjumlah 17 gol. Jumlah tersebut 3 gol lebih banyak dari Diego Maradona pada musim pertamanya 1984-1985 saat membela klub kebanggaan kota Naples tersebut. Lazio adalah korban dari keganasan Higuain pekan kemarin. Lazio mungkin adalah lawan favorit untuk Higuain. Jika dijumlah total dari pertandingan di Liga dan Coppa, Higuain telah menceploskan bola 6 kali ke gawang Lazio. Napoli tidak pernah menang di dua pertemuan sekaligus dalam 1 musim dengan Lazio sejak musim 1990-1991. Kemenangan terakhir yang diraih The Biancocelesti atas Napoli terjadi pada musim 2009 di San Paolo.

Tanpa diperkuat Christian Maggio dan Juan Zuniga, serta mengistirahatkan Jose Callejon pada babak pertama, Napoli sempat mengalami kesulitan menembus pertahanan anak asuh Edy Reja. Meski Valon Behrami dan Goran Pandev terlihat impresif melawan mantan klubnya tersebut.

Lazio justru tidak bisa menurunkan skuat terbaiknya. Federico Marchetti, Andre Dias, Guissepe Biava, Alvaro Gonzales, Ederson, Keita Balde dan Miroslav Klose sedang dalam masa perawatan. Sementara Lucas Biglia sedang menjalani masa hukuman larangan bertanding. Tetapi terdapat nama Cristian Ledesma pada susunan formasi awal mengingat Ledesma baru saja absen di dua pertandingan terakhir. Dan dengan terpaksa Mauri dijadikan striker darurat diapit dengan Filipe Anderson dan Antonio Candreva.

Lazio membuat pertahanan yang solid pada babak pertama. Napoli yang kesulitan membongkar pertahanan Lazio pun harus rela kecolongan melalui gol Senad Lulic pada menit ke-21. Gol tersebut merupakan gol ke-3 beruntun di 3 pertandingan terakhir yang dibuatnya, suatu pencapaian rekor pribadi. Total musim ini ia telah mencetak 11 gol.

Setelahnya, Napoli memborbadir pertahanan Lazio yang dikomandoi kiper pelapis, Berisha. Behrami, Insigne, Pandev, Higuain dan Martens berulang kali melakukan percobaan menembus lini belakang Lazio. Dan klimaksnya terjadi tepat 4 menit sebelum turun minum, Martens yang sangat eksplosif pada malam itu melakukan cut inside ke tengah jantung pertahanan Lazio dan menembak dengan keras dari luar kotak penalti. 1-1. Napoli sangat solid di tengah. Keseluruhan anak buah Benitez melakukan 481 kali operan sukses menurut data whoscored.com.

Babak kedua baru berjalan 2 menit, Insigne yang melakukan solo-run memaksa Lorik Cana yang berada diposisi orang terakhir, menjatuhkannya tepat sebelum ia berhadapan dengan Berisha. Sialnya, itu kartu kuning kedua diterima Lorik Cana setelah sebelumnya mendapat kartu kuning pertama di menit 14. Lazio bermain dengan 10 pemain. Penderitaan Lazio tidak berhenti di situ, tetapi juga dijatuhkan hukuman penalti yang diberikan untuk tuan rumah. Higuain tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa Napoli unggul 2-1. Gol penalti tersebut seolah menjadi peringatan bahwa yang selanjutnya terjadi adalah gol-gol berkelas dari pemain asal Argentina tersebut. dari 31 tackle yang dilakukan para pemain Lazio, hanya 20 yang berhasil dan sisanya berbuah pelanggaran.

Pada menit ke-67 Martens mengirim umpang lambung ke pertahanan Lazio. Higuain yang dikawal pemain pengganti, Novaretti, sukses memenangkan duel udara yang kemudia dieksploitasi menjadi gol kedua bagi dirinya. Entah apa yang Edy Reja pikirkan ketika ia memasukkan Novaretti untuk me-marking Higuain pada malam itu. Gol ketiga Higuain sungguh membuktikan lemahnya pertahanan anak asuh Edy Reja. Novaretti bermain jauh di bawah standard yang membuatnya hanya memperoleh rating game 5.5 dari situs whoscored.com pada pertandingan tersebut. Novaretti dan Berisha mengalami mimpi buruk malam itu. Dengan proses yang sama dengan gol kedua, kali ini Higuain me-nutmeg-kan Novaretti yang diakhiri dengan mengelabui Berisha.

(Sumber: FourFourTwo)

Dari gambar diatas dapat kita lihat bagaimana efektifnya peran Higuain pada pertandingan tersebut. Dari total 5 attemps yang ia buat, 3 diantaranya berbuah gol.

Tidak hanya melakukan tugasnya sebagai seorang striker, Higuain pun kerap berada di mana-mana. Ia melakukan 20 operan sukses dari total 29 operan. Ia juga beberapa kali memenangi duel area dan 3 kali melakukan take ons. Gelar man of the match memang pantas disematkan padanya.

Tepuk tangan meriah dan senyuman kebahagiaan dari para suporter Napoli menghiasi kemenangan tersebut. Mereka seakan menemukan sosok ‘pahlawan Argentina’ berikutnya yang telah lama hilang sepeninggal sosok Diego Maradona. Terlihat muka-muka bahagia yang siap menaruh kepercayaan sepenuhnya untuk sang Il Pipita demi membangkitkan kembali prestasi klub.

Dimusim pertama ia telah melewati jumlah gol yang ditorehkan legenda sebelumnya, Maradona. Bahkan dengan 5 pertandingan sisa ia masih berpeluang menambah koleksi golnya tersebut. Bukan hanya mencetak gol yang dilihat oleh publik kota Naples, tapi proses bagaimana ia melakukannya pun kerap menghibur dan mengundang decak kagum bagi siapa pun yang menyaksikannya.

Dimusim pertamanya pula ia –bersama Napoli- berkemungkinan besar meraih trofi pertamanya pada final Coppa Italy melawan Fiorentina 3 Mei nanti. Mengingat bahwa Maradona baru mendapat gelar dimusim ketiganya. Dan perlu diingat bahwa Napoli, dalam beberapa tahun terakhir, adalah tim yang patut diperhitungkan dan turut bersaing memperebutkan gelar scudetto bersama Juventus dan AS Roma. Bukan tidak mungkin jika nantinya ia benar-benar menggantikan posisi legenda Napoli asal Argentina sebelumnya. Masa-masa kejayaan Napoli akhir tahun 80-an memang menjadi kenangan indah yang melekat diingatan masyarakat kota Naples. Kini dengan hadirnya sosok Higuain, tentu mereka berharap kenangan tersebut terulang.

Dengan hadirnya kembali pahlawan kota Naples asal Argentina tersebut, maka tidak heran jika anda menyaksikan Napoli bermain di layar kaca, anda acap kali melihat bendera-bendera Argentina dikibarkan oleh para pendukungnya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun