"Sudah, sudah...." kata Darma sambil tertawa. Setelah beberapa lama berjuang akhirnya Darma pun terbebas dari "cengkeraman" anak-anak itu.
"Kok Om Darma ndak pernah ke sini sih?" tanya Ela, si sulung, dengan wajah cemberut.
"Lho, Om Darma hampir tiap hari mampir ke kios ini," bantah Darma membela diri. "Hanya jarang ketemu kalian. Kalau pagi, kalian masih sekolah. Kalau sore, kalian sudah pulang ke rumah."
"Ah, alasan saja," sahut Eva, adiknya dengan bibir manyun.
Darma tertawa saja menyaksikan tingkah anak-anak itu. "Kakek Ranu di mana?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Tadi ikut main sama kami, tapi terus masuk. Capek, mau istirahat katanya," jawab Ela.
"Oh, begitu. Iya, Kakek Ranu kan sudah sepuh, jadi harus banyak istirahat biar tidak kecapekan. Kalian sedang main apa nih?"
"Sudamanda!" jawab anak-anak itu serentak.
"Om Darma boleh ikut main tidak?"
"Boleehh...." jawab mereka, tetap serentak.
Jadilah Darma ikut bermain bersama anak-anak itu. Sejenak pikirannya teralihkan dari peristiwa pagi tadi yang mengganggu ketenangan pikirannya. Permainan sederhana itu, dan kegembiraan anak-anak itu saat memainkannya membuatnya terinspirasi untuk ikut bergirang hati.